Hari istimewa

45 3 0
                                    

" Sangat sulit mengatakan sesuatu yang sebenarnya ingin kamu katakan namun itu menyakitkan bagi orang yang kamu anggap spesial di hidupmu " ~Riu

🌸🌸🌸

"Lo yakin sama keputusan lo Ri?" Evan kini lalu duduk di kursi di dalam kamar Riu.

Sedangkan Riu, kini ia masih terfokuskan bermain game dengan Galang dan sesaat kemudian, Galang mengerang gemas karena ia kalah dalam permainannya.

Sembari tertawa mengejek Galang. Riu lalu meletakkan stik game nya dan menoleh ke arah Evan.

"Ralat! bukan keputusan gua tapi bokap sama nyokap gua!" ucapnya.

"Terus kenapa harus kesana?" Mendengar tuturan Evan, Riu lalu berdiri kemudian duduk di samping Evan.

"Ekspresi lo ngak usah sedih gitu anj*ng! Gua ngak bakalan mati juga!" Ucap Riu yang kemudian ia mengacak-acak rambut Evan yang serius menatapnya. dan ketika melihat kejadian itu, Galang lalu ikut mengacak rambut Evan.

"kapan lagi yekan bisa ngacak-ngacak rambut batu es!" Suara tawa Galang meledak saat Evan mengumpat karena ulahnya, begitu juga dengan Riu.

🌸🌸🌸

Kini, Kana berjalan dengan malas menuju perpustakaan, sembari membawa beberapa tumpuk buku yang selama kelas 3 di pinjam oleh anak-anak satu kelasnya, yang kini, sudah tidak di gunakan lagi karena mereka sudah tidak ada jam pelajaran setelah melaksanakan ujian Sekolah.

Hari itu adalah jatah piketnya, maka dari itu, ia juga yang harus mengembalikan buku-buku yang berat itu ke perpustakaan sendirian.

"Jahat banget sih tuh mak lampir kecentilan, mentang-mentang aku gendut terus seenaknya aja nyuruh aku ngembaliin nih buku, mana sendirian lagi!" dengan kesal, Kana membanting tumpukan buku itu di atas meja perpustakaan dan kebetulan juga Kana saat itu sendirian dan tidak ada penjaga perpus ataupun murid lainnya di sana.

Ia begitu kesal karena seharusnya yang membawa semua buku itu adalah dirinya dan juga Naya. Namun, karena trik licik Naya yang bilang kalau dia sedang sakit membuat ia harus pergi ke perpustakaan sendirian.

"Bisa kagak, sehariiiii aja ga ada gangguan? mau tidur aja kagak nyenyak!!" Kana terlonjak kaget, begitu ia mendengar seseorang berbicara. Lalu, ia melihat di paling pojok rak buku tepat di sampingnya. Ada seseorang yang terbangun dari lantai dengan buku yang tadinya menutupi mukanya. Kini,buku itu telah terbuka dan menampakan mata tajam nan tegas.

"E..E..eh Riu, maaf aku fikir tadi di sini ngak ada siapa-siapa. " Ucapan Kana terdengar gemetar, ia sangat takut jika Riu melakukan hal buruk kepadanya.

Ya, pria itu adalah Riu, sedari tadi Riu ingin mencari kedamaian dan merebahkan tubuhnya sejenak dari pikirannya yang berkecamuk. Namun, di manapun Riu terlelap, pasti ada saja gangguannya, contohnya sekarang.

Riu berdiri mendekati Kana, dan begitu Kana melihat Riu mendekatinya, badannya terasa panas dingin.

"Lo .... " Riu menatap Kana dari atas sampai ke bawah.

"temennya Desita kan?" perkataan Riu itu langsung di angguki oleh Kana.

"Ohh" setelah mengucapkan hal itu, Riu kemudian berjalan melewati Kana tanpa mengucap satu patah apapun lagi dan Kana pun bernafas lega.

Riu baru saja keluar dari perpustakaan. Namun,

"Riu!"

Berandalan Galaksi ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang