Setelah tidak sengaja bertemu dengan Renjun, Ara memilih pergi menuju kost Jeno sebab adiknya itu sudah ada di sana. Baru saja membayar uang ojek Online, dari balkon lantai dua muncul kepala Jisung dengan senyum yang sangat cerianya. Ara mendongak dan melambaikan tangan, lalu segera menuju lantai dua.
Sungguh dia hanya rindu bermain dengan pipi adik kecilnya, sebab seperti mainan yang sangat lembut, lentur dan halus. Anehnya anak itu tidak pernah merasakan jerawat, atau belum ya.
Ara memeluk adiknya dan mengusap punggung yang sepertinya mulai melebar. Tingginya juga sudah melewati kepala sang kakak, bahkan Ara hanya sebatas dada Jisung saja.
Melepas pelukan keluarga, mereka berdua ditatap oleh pemilik kamar alias Jeno. Namun tatapannya kali ini berbeda ada raut lain yang membuat Ara bertanya.
Tentu Jeno menjawab ia baik-baik saja, lagi pula itu jawaban Jeno setiap Ara menanyakan keadaannya. Mau dia kehilangan kunci motornya juga jawabnnya tetap sama.
Jeno mengajak Ara dan Jisung untuk duduk di ruang tamu lantai dua sebab kamar Jeno masih berantakan dan malas membersihkannya. Jadi di ruang tamu yang berisi sofa ini mereka saling melempar kabar. Mulai Jisung yang menceritakan sekolahnya, atau keadaan ibu dan kakak lelakinya. Juga Ara yang bercerita tentangnya, ia berjalan-jalan dengan Jeno menghabiskan waktu dengan Jeno, dan merasa sangat bahagia. Sedangkan Jeno hanya diam sambil menatap wajah berseri Ara. Dalam pikirannya Ara belum pernah sangat ceria seperti ini, sangat antusias seperti ini. Bibir yang awalnya tersenyum berubah menjadi murung. Kesalahannya memang, seharusnya ia tak datang harusnya ia tak menghampiri dan harusnya ia tak membawa Jisung. Namun, lagi-lagi ia hanya bisa mengangkat kembali bibirnya.
Hingga, Jisung yang sadar akan perubahan raut Jeno. Membuat lelaki muda itu menepuk punggung Jeno walaupun diberi tatapan bingung oleh Ara, Jeno hanya mengangguk dan tersenyum.
"Kalian kenapa?" tanya Ara penasaran, ia tak mau Jisung juga naksir dengan pacarnya.
"Gak papa sayang, kamu mau pesanin makan apa? Tadi udah makan?"
Ara terdiam sejenak, "udah! Aku pergi dengan Umji jadi tidak mungkin aku kelaparan."
Senyum Ara, membuat ada satu ruang dalam hati Jeno merasa ketakutan.
Ara sudah kembali ke kostnya setelah diantar oleh Jisung. Iya adik kecilnya ingin kencan dengan sang kakak membuat Jeno yang awalnya bercanda dan mengatakan jika ia cemburu itu memperbolehkan. Sisa Jeno yang sudah merebahkan dirinya di ranjang dan Jisung yang masih duduk di kursi depan komputer Jeno.
"Bang Jeno, kenapa nggak jujur sama kak Ara? Kenapa malah disembunyiin?"
Jeno tersenyum, lalu ia menatap langit-langit kamarnya.
"Aku gak mau buat Ara merasa bersalah, sampai ia merasa dirinya gagal berjuang cinta sama aku. Lagipula mungkin mereka tak sengaja bertemu dan makan bersama-sama ya kan?" jelas Jeno.
Jisung yang sedang tadi menatap kosong layar komputer Jeno itu menoleh. Menatap wajah yang bisa dibilang wajah ketakutan dan kekecewaan seorang lelaki.
"Sebenarnya aku cuma gak mau kalian sakit hati, lebih baik bang Jeno jujur kalau bang Jeno cemburu. Abang punya hak buat cemburu, dan bilang kalau abang kecewa," saran Jisung.
"Gak bisa. Aku lebih baik merasa sakit dan kecewa daripada lihat Ara sedih dan merasa bersalah. Sakitnya bisa dua kali lipat," tolak Jeno.
"Bang!"
"Hm?"
"Kalau kelak abang yang ditinggal, apa abang akan baik-baik saja?"
"Kuharap. Lagipula memang abang pernah miliki Ara? Nggak. Dia milik dirinya sendiri, dia punya pilihannya sendiri, dia punya jalannya sendiri."

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Mereka (SELESAI).
FanfictionJatuh cinta kadang datang tanpa kita sadari, tanpa kita mengerti alasannya, tanpa kita tahu hingga kapan rasa itu ada. Jatuh cinta pada manusia dengan perasaan yang sama, tingkat sadar yang setara dan alasan untuk bersama, indah mungkin. Namun bagai...