Ketujuh, Sakit tak berdarah

43 14 2
                                    



Taukah jika di atas sana ada lelaki yang menatap gadis yang tengah duduk bersama teman-temannya.
Lelaki berparas sangat tampan itu bahkan tak berkedip sedetikpun. Terus saja memandang wajah tawa dan ceria gadis berambut panjang yang kini memakan snack milik teman di sampingnya.

"Ngeliatin siapa? Tumben tajem banget tatapanny." Haechan datang mendekat sembari melingkarkan lengannya ke leher temannya itu.

Lelaki tadi menoleh ke arah Haechan lalu melepas paksa tangan Haechan.

"Bukan urusanmu." Jawab lelaki tadi lalu melangkah menjauh.

"Bilang aja kamu mulai suka sama sepupuku." Ucap Haechan membuat lelaki tadi berhenti, sedetik kemudian ia tak hiraukan.

"Hah, Renjun Renjun masih aja takut bilang suka. Nanti di tikung lagi." Gumam Haechan kembali menatap sepupunya yang masih saja tak berhenti makan.

"HEI! AYARA! JANGAN MAKAN TERUS NANTI KAMU GENDUT!" Teriak Haechan dari koridor lantai 2.

Ara hanya menatap kearah Haechan sejenak, dan tak menghiraukannya.


"Ara! Mau bantu aku nggak?" Pinta Nara dengan ragu.

"Apa Nara?"

"Tukar tempat duduk, emmm aku gak kuat lagi duduk sama Renjun." Jelas Nara.

Yeri hanya menggigit coklat yang ia beli.

"Nanti aku fikirkan lagi, abis emang si Renjun itu nyebelin banget. Masa kemarin dia bikin aku pingsan coba." Kata Ara, Nara dan Yeri terkejut.

"Kok bisa?" Tanya Yeri penasaran.

"Ha? Eh, gak juga sih. Jadi dia lewat depan rumahku aku hadang dia. Aku mau numpang ke kedai ayam, eh dia gowes aja sepedanya. Aku kejar dia, karena perut kosong jadi aku pingsan di depan kedai."

"Tuh kan Renjun tuh jahat banget! Dia bukan manusia kayaknya." Balas Nara.

"Tapi gak jahat juga kok, dia kasih aku sepiring ayam gratis plus cola."

"Ayam sepiring juga aku bisa beliin." Yeri menimpali.

"Iya sih, tapi Renjun gak jahat kok. Beneran, dia gak tahu aku belum makan. Awalnya aku salahin dia tapi aku yang salah udah nyalahin dia."

"Ihh nggak, dia aja yang gak peduli sama orang lain."

"Dia peduli kok Nara, kalo gak peduli aku gak bakal di bopong kedalam kedai." Elak Ara.

"Serius kamu di bopong sama Renjun?" Nara terkejut.

"Ssttt!!! Diem! Ada Jaemin." Yeri melerai.

Jaemin berjalan mendekati kerumunan Ara, Nara, dan Yeri. Mereka memasang senyum seperti biasa. Di samping Jaemin ada Jeno dan dua lelaki di belakang mereka Jisung dan Chenle.

"Heh! Jisung!" Panggil Ara.

Jisung menoleh lalu memberikan senyum sebelahnya, tanpa menghentikan langkahnya.

"Oh itu Jisung adek kamu?" Tanya Yeri. Ara mengangguk

"Ganteng juga." Tambah Yeri, Ara dan Nara bersamaan menatap temannya yang sudah memutar tubuhnya itu menghadap kearah Jisung yang berjalan menjauh.

"Makasih tau aja kalau aku ganteng." Kali ini Haechan menyahuti, membuat Yeri memutar bola matanya malas.

"Malaslah, yuk kita balik ke kelas." Yeri bangkit dari duduknya, sedangkan Haechan menatap Yeri dengan tatapan sedih.

"Apa? Gak usah sok sedih gitu." Yeri menyentak, membuat Nara tertawa dan Ara hanya diam kebingungan.

"Dih, galak banget." Lalu Haechan memutar badannya menghadap ke Ara.

Cerita Mereka (SELESAI).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang