Sebab datangnya lelaki bernama Renjun itu membuat perempuan yang susah payah melupakannya menjadi seperti manusia tanpa daya. Lihatlah kantung mata yang membuatnya terjaga semalam, juga cara berjalannya yabg seperti zombie.
Bukan masalah Renjun yang menyeramkan, tetapi hatinya yang tiba-tiba sangat merindukan lelaki itu.
Ia terus menolak dan menyangkal jika ia tak lagi merindukan lelaki itu, tetapi hanya berlaku 3 detik saja setelahnya ia kembali memikirkan lelaki yang pernah mematahkan hatinya.
"Sialan, apakah hati perempuan selemah ini?"
Ara bukan tipe perempuan yang sering mengeluarkan sumpah serapahnya, hanya pada momen-momen tertentu saja ia mengatakan itu.
Hatinya benar-benar tidak konsisten, apalagi ada satu ruang yang mulai terbuka dan sedikit terisi oleh nama Jeno. Jika dipikir-pikir, Jeno bukan lelaki yang sangat dekat dengannya. Hanya teman Jisung, atau teman mantan kekasihnya atau bahkan teman lelaki itu. Bahkan menyebut namanya saja, Ara merasa kesulitan.
Ini tidak bisa dibiarkan, akhirnya ponsel yang sejak tadi menganggur di dekatnya itu ia ambil. Menggulir layar ponsel dan menemukan satu nama yang mungkin bisa memberinya nasihat tentang pilihan hatinya. Tak lama pesan yang sempat Ara kirim telah dibalas dan dengan segera ia loncat dari ranjang tidurnya mengambil sembarang jaket dan keluar dari kamarnya menuju kamar di lantai dua.
Kamar Umji.
Perempuan yang selalu bersikap dewasa itu sedang menyeduh dua cangkir teh, iya hanya dua cangkir sebab salah satu sahabatnya sedang pulang ke kotanya katanya sih papanya lagi mau buka pemancingan ikan dan ia disuruh menjadi bagian marketing alias ikur promosi. Kembali di masalah Ayara.
Ara duduk di karpet bulu berwarna merah muda- hadiah darinya setahun yang lalu- menatap penuh harap pada perempuan yang juga sudah duduk selonjoran di depannya.
"Kali ini masalah apa? Jeno? atau masalah Tugas?" tanya Umji kemudian meniup pelan teh yang sempat ia seduh tadi.
"Jeno, dan Renjun ah tidak maksudku ini masalahku," jawab Ara gelagapan.
"Sebentar, Renjun? Dia bukannya lelaki brengsek yang pernah nyakitin kamu?"
"Heh! Renjun gak gitu ya, dia itu baik cuma aku aja yang terlalu berharap ke dia," bantah Ara.
"Iya, memangnya dia kenapa?"
Ara menceritakan pasal pertemuannya dengan Renjun, dan Umji mendengarkan dengan seksama sesekali menyeruput pelan teh hangat di tangannya.
Kemudian Umji berdecak, dan meletakkan teh yang sisa setengah di atas nampan.
"Jadi intinya kamu itu lagi bimbang? Antara memilih lelaki sebaik Jeno atau lelaki yang sangat kamu harapkan seperti Renjun?"
Ara mengangguk.
"Saranku saja, kamu bisa mengambilnya ataupun tidak. Jawab pertanyaan yang akan aku tujukan kepadamu," ucap Umji.
"Pertama, siapa lelaki yang membuatmu nyaman saat bersamanya dan apa alasannya?"
Ara terdiam sesaat untuk berfikir.
"Untuk saat ini tentu saja Jeno, dia benar-benar berjuang agar aku mencintainya. Tapi Renjun juga pernah membuatku nyaman dulu."
"Kurasa mereka memiliki letak nyaman masing-masing ya."
"Kedua, lelaki yang ada difikiranmu saat ada pertanyaan 'siapa lelaki yang paling dekat denganmu?' itu siapa?" tanya Umji lagi.
"Jeno!" jawab Ara yakin.
![](https://img.wattpad.com/cover/207835549-288-k828600.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Mereka (SELESAI).
FanficJatuh cinta kadang datang tanpa kita sadari, tanpa kita mengerti alasannya, tanpa kita tahu hingga kapan rasa itu ada. Jatuh cinta pada manusia dengan perasaan yang sama, tingkat sadar yang setara dan alasan untuk bersama, indah mungkin. Namun bagai...