Mata onixnya mengerjap pelan. Ruangan bernuansa putih bersih sedikit menyilaukan pandangannya. Bau khas obat-obatan langsung menyerbu indra penciumannya. Sesaat gadis itu menyadari kalau ia sedang berada di rumah sakit.
"Kau sudah bangun?". Suara itu, ia hapal betul. Saat ia ingin bangkit, rasa sakit menjalari kepalanya. Tangannya refleks memegang kepalanya yang berdenyut nyeri. Ringisan pelan keluar dari mulut pucatnya.
"Jangan memaksakan diri". Sarada merasakan genggaman hangat di tangan kirinya. Dipaksakannya kepalanya menghadap kearah lelaki di sampingnya dan mendapati raut cemas di wajah lelaki bersurai kuning itu.
"Apa yang terjadi?".
"Kau tidak ingat?".
Sarada mengernyitkan dahinya mencoba mengingat kejadian yang membuatnya sampai babak belur. Kemudian kedua obsidiannya membulat sempurna saat mengingat potongan-potongan kejadian yang menimpanya.
"A-apa dia masih hidup?". Tangan yang semula berada dalam genggaman Boruto terlepas dan beralih mengusap perutnya. Matanya memanas. Khawatir akan keadaan janin yang ada di dalam perutnya.
"Dia baik-baik saja". Boruto dan Sarada sama-sama menoleh kearah seorang dokter muda yang baru memasuki ruangan. Suara ketukan dari sepatu yang dikenakannya terdengar seiring dengan langkah sang dokter kearah mereka.
"Hanya saja kandungannya melemah. Tapi tenang saja, aku akan memberikan resep obat penguat kandungan".
"Kau harus lebih memperhatikan kondisi kandunganmu. Dia rapuh sekali".
Sarada mengangguk sambil mengusap sudut matanya yang berair. "Terima kasih, dok!".
"Kalau begitu aku pergi dulu, kau bisa pulang setelah merasa baikan".
----- 00 -----
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam saat Boruto dan Sarada sampai di apartemen milik Sarada. Dengan susah payah Boruto menggendong tubuh Sarada menaiki tangga menuju kamar Sarada.
"Kau berat sekali, aws! ". Boruto meringis merasakan sakit di pipinya akibat cubitan dari Sarada. "Huft, aku kan sedang hamil!".
Sarada menggembungkan pipinya sebal karena ucapan Boruto. Boruto tertawa melihat wajah sebal Sarada yang menurutnya menggemaskan. Sedangkan Sarada dibuat terpana dengan wajah Boruto saat tertawa. Rasa panas terasa menjalar di pipinya.
"Kau terpana oleh wajah tampanku, eh?". Dan muka Sarada langsung merah padam karena ketahuan sedang memandang wajah Boruto.
"Urusai, baka!".
----- 00 -----
"Sarada, buka bajumu!"
"Tidak mau!"
"Kau harus mandi!"
"Aku bisa sendiri!"
Keributan terjadi antara Boruto dan Sarada. Boruto yang mencoba melepas pakaian Sarada dan Sarada yang terus melawan.
"Cepat buka bajumu, Sarada. Aku akan memandikanmu!"
"Tidak mau. Aku malu"
"Kenapa harus malu? Lagipula kita sudah pernah melihat tubuh masing-masing, 'kan?".
Pipi Sarada bersemu mendengar Boruto dengan entengnya mengucapkan hal itu. Melihat ada kesempatan, Boruto segera melepas paksa semua pakaian yang dikenakan Sarada. Sarada berjengit kaget dan refleks ingin menutup area sensitif tubuhnya. Tapi Boruto dengan cepat membopong tubuh Sarada menuju kamar mandi.
"Nah, sekarang waktunya mandi!"
"TIDAK...!!!"
----- 00 -----
Sarada duduk di meja makan sambil memperhatikan Boruto yang sibuk berkutat dengan masakan 'spesial' untuknya. Entahlah, Sarada sendiri masih ragu apakah masakan Boruto seenak yang lelaki itu katakan. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Boruto menghidangkan makanan 'spesial' di hadapan Sarada yang ternyata adalah nasi goreng.
"Cobalah. Yah, aku tahu kalau aku memang belum pernah memasak. Semoga hasilnya tidak buruk".
Sarada tersenyum dan menyendokkan nasi goreng buatan Boruto ke mulutnya.
"Bagaimana?". Sarada berdehem sebentar dan meraih air putih di sampingnya kemudia meneguknya hingga tandas.
"Mm..., ini enak". Mata Boruto berbinar senang mendengar pujian singkat itu dan kemudian menyendokkan nasi goreng ke mulutnya. Sarada terkikik geli saat menyadari perubahan ekspresi wajah Boruto.
"A-asin!". Dan pecahlah tawa Sarada.
----- 00 -----
Dengan wajah masamnya, Boruto menurunkan Sarada dan mendudukkannya di tepi tempat tidur. Sarada tertawa kecil dan mencolek pipi Boruto.
"Sudahlah, Bolt. Jangan cemberut gitu, dong!"
"Kenapa tidak jujur saja kalau rasanya asin". Masih dengan wajah cemberutnya, Boruto menggerutu dan mencubit pipi Sarada membuat gadis itu mengaduh pelan.
"Aku hanya menghargai usahamu, Bolt. Mana mungkin 'kan aku menyia-nyiakan makanan 'spesial' darimu".
Sarada kembali tertawa dan mau tak mau membuat Boruto ikut tertawa. Boruto melirik jam dinding dan terkejut saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 22.30.
"Yahh, lain kali aku akan membuatkan makanan yang jauh lebih enak dari sebelumnya. Sekarang aku pulang dulu".
Baru saja melangkah, kerah pakaian Boruto ditarik oleh Sarada dan membuat tubuhnya jatuh keatas ranjang. Tepatnya dalam pelukan Sarada. Gadis itu memeluk erat Boruto dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Boruto. Pada jarak sedekat ini, Sarada bisa mendengar detak jantung Boruto yang berdetak kencang.
"Sara-"
"Jangan pergi!". Boruto mengernyit. Dia harus pulang sekarang. Bahkan Boruto masih mengenakan seragam dan belum mengabari ibunya.
"Ini sudah larut. Jika kau mau, menginaplah disini".
"T-tapi ibuku akan khawatir jika aku tidak pulang, Sarada". Sarada mendongakkan kepalanya dan menatap mata Boruto. Dan Boruto dapat melihat kilatan kekecewaan dalam obsidian gadisnya.
"Begitu, ya...". Sarada melepaskan pelukannya dan membalikkan badan membelakangi Boruto. Boruto yang merasa bersalah dengan ragu-ragu meraih hp miliknya dan mengetik sebuah pesan pada ibunya.
|'Kaa-chan, aku tidak bisa pulang sekarang. Aku menginap dirumah temanku'.
Boruto meletakkan hp-nya diatas nakas dan menatap kearah Sarada yang sepertinya masih marah padanya. Direngkuhnya tubuh Sarada dan mengecup puncak kepala gadis itu.
"Baiklah, aku akan menginap. Jangan ngambek lagi, ya"
"..."
"Sarada?". Hening. Sepertinya gadis itu sudah terlelap. Boruto tersenyum dan ikut memejamkan matanya yang sudah berat. Hingga akhirnya hanya suara dengkuran halus yang terdengar.
Dan tanpa disadari Boruto, seulas senyum kecil terbentuk di bibir Sarada.
Bersambung...!♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong [Borusara fanfiction//on Going]
Romance[On going//jangan plagiat cerita saya!] "Semua rahasia pada akhirnya akan terbongkar dengan sendirinya" ⚠Beberapa chapter mengandung adegan dewasa. Bijaklah dalam memilih bacaan, terima kasih