Gadis itu terbangun saat merasakan matahari mulai menyinari kamarnya.
Perlahan matanya terbuka dan tampaklah onix yang tampak meredup dan sayu.Perlahan matanya mulai berkaca-kaca dan air mata akhirnya lolos begitu saja dari tempatnya.
"Minna, gomen..!"
Perlahan ia bangkit dari ranjang dan dengan tertatih ia masuk ke kamar mandi.
Ia berdiri menghadap wastafel
Dan membasuh wajahnya. Dipandanginya tubuhnya yang tidak memakai pakaian sehelai benang pun.
Wajahnya kusut, pandangan matanya sayu dan bibirnya membengkak.
Terdapat banyak kissmark disekujur tubuhnya.
Dan ada bercak darah disekitar kemaluannya.Air mata kembali mengalir dari matanya.
Ia merasa sangat hina.Perlahan ia menyalakan shower dan membasahi tubuhnya meski bagian bawah tubuhnya menjerit.
Tubuhnya merosot kelantai yang dingin dan tetap membiarkan tubuhnya diguyur air yang dingin.
Ia menangis dalam diam.
Ia ingin mengakhiri hidupnya.
Tapi bagaimana nanti perasaan orang tua dan teman-temannya?
Mereka pasti akan sangat sedih.
Ia bimbang.Haruskah ia mati?
************
"Dimana Sarada? Apa ia tak masuk hari ini?"
Chocho terus berusaha menghubungi Sarada. Namun sama sekali tak diangkat oleh Sarada dan membuat Chocho cemas.
Ia khawatir sahabatnya sakit.
Pasalnya Sarada sama sekali tidak pernah membolos sekolah.
Dan sebentar lagi bel sekolah akan berbunyi.
Setelah mempertimbangkan, akhirnya Chocho memilih untuk bolos sekolah. Diambilnya tas diatas mejanya dan dengan segera ia keluar dari kelas.
Tapi sebelum itu, ia akan bilang terlebih dahulu pada temannya."Shik, gue bolos sekolah dulu ya, gue mau kerumah Sarada!"
"Ck, terserahmu saja!"
Dan dengan cepat Chocho segera menuju pagar belakang dan keluar dari halaman sekolah dengan meloncati pagar.
"Gue harus cepet!"
***************
Seorang pemuda berambut kuning nyentrik berlari membelah kerumunan dikoridor sekolahnya. Ia sama sekali tak mempedulikan siswa-siswa yang berteriak karena ia tabrak.
Keringat tampak membanjiri dahi pemuda itu.
Sebuah senyuman terukir tatkala pintu kelasnya akhirnya ada didepan mata. Dan dengan segera, ia mendobrak pintu kelas dan membuat seluruh penghuni kelas memandang heran kearahnya."Dimana Sarada!?"
Teman-temannya memandangnya dengan heran.
'Ada apa dengan anak ini?'."Ngapain nyariin Sarada, Bor?"
Boruto menoleh kearah Shikadai dengan tatapan yang sulit dimengerti. Shikadai yang ditatap seperti itu mengernyitkan dahinya.
"Bukan apa-apa! Jadi, dimana Sarada?"
"Sarada nggak masuk, Bor!"
Boruto menghela napas.
Sekarang ia merasa sangat bersalah(?).
Dengan lunglai, ia berjalan menuju bangkunya dengan menunduk.
Shikadai menyadari ada yang tidak beres dengan teman kuningnya ini."Lo baik-baik aja kan, Bor?"
Boruto hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Shikadai.
"Gue baik-baik aja, Shik"
Pandangannya tiba-tiba menyendu.
'Tapi nggak dengan Sarada'.*************
Chocho langsung masuk kedalam rumah Sarada tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ia tahu didalam hanya ada Sarada seorang diri.
Jika kalian tanya dimana orang tua Sarada?
Mereka sudah meninggal 2 tahun yang lalu dalam kecelakaan pesawat saat mereka akan pulang dari Amerika.
Dan kini Sarada hanya tinggal sendiri. Dan ia tak akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya karena semua aset keluarga Uchiha diturunkan padanya.Setelah Chocho berhasil masuk kekamar Sarada, ia sama sekali tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Sarada.
Ia menuju kamar mandi saat mendengar suara gemericik air didalamnya.
Matanya membelalak tatkala melihat Sarada tergeletak tak sadarkan diri dibawah guyuran shower tanpa memakai pakaian.
Dengan segera, Chocho menghampiri tubuh Sarada yang tampak pucat dan membiru.
Chocho segera mematikan shower, menyambar handuk dan melilitkan handuk pada tubuh Sarada. Dengan susah payah, diangkatnya tubuh Sarada dan membaringkannya diranjang."Duh, gue harus gimana nih!"
Chocho terus berjalan mondar-mandir tak karuan.
Ia semakin panik tatkala melihat tubuh Sarada semakin membiru.
Buru-buru ia segera memanggil dokter untuk menangani Sarada.Chocho menghela napas lega tatkala dokter hanya mengatakan kalau Sarada hanya kedinginan.
Ia segera menghampiri Sarada yang sudah siuman sementara sang dokter sudah pergi."Lo kenapa kok bisa kayak gini, Sar?"
"Gue gak papa kok, Cho. Cuma capek aja"
'Maaf, Cho. Gue gak bisa bilang kalau gue ada masalah'."Yaudah, makan dulu gih!"
Chocho menyodorkan semangkuk bubur dan segelas susu hangat. Tapi Sarada hanya menggelengkan kepalanya.
"Nggak ah, gue gak laper"
"Makan, Sar! Entar lo tambah sakit!"
Menghela napas, akhirnya Sarada mau makan walaupun hanya beberapa suapan.
"Lo ada masalah apa, Sar? Cerita sama gue!"
Chocho tau persis kalau Sarada sedang ada masalah.
Namun Sarada hanya menggeleng lemah."Gue gak papa kok, Cho!"
"Hah..., serah lo deh, Sar! Tapi kalo ada masalah, cerita sama gue!"
Sarada hanya tersenyum tipis dan mengangguk mengiyakan.
"Ya udah, istirahat gih!"
Sarada hanya menurut. Perlahan, diselimutinya tubuh Sarada agar Sarada tidak kedinginan.
Tanpa Chocho sadari, setetes air mata jatuh dari mata Sarada."Maafin gue, Cho!".
Bersambung...!
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong [Borusara fanfiction//on Going]
Romance[On going//jangan plagiat cerita saya!] "Semua rahasia pada akhirnya akan terbongkar dengan sendirinya" ⚠Beberapa chapter mengandung adegan dewasa. Bijaklah dalam memilih bacaan, terima kasih