keraguan

914 68 4
                                    

Boruto berjalan santai menuju kelasnya. Tak sengaja pandangannya tertuju pada seorang gadis berambut violet yang sedang berjalan kearahnya. Itu Sumire. Mata Boruto langsung berbinar tatkala Sumire tersenyum manis padanya sebelum memasuki kelas. Sesaat kemudian pandangan Boruto menyendu. Lagi-lagi bayangan saat dirinya merebut keperawanan Sarada kembali perputar diotaknya. Bagaimanapun juga dirinya masih menyukai Sumire. Tapi tanggung jawabnya pada Sarada tak mungkin lepas begitu saja walaupun Sarada bilang tak butuh pertanggung jawaban darinya.

Sadarlah Boruto! Kau hanya mengagumi Sumire! Tidak lebih!.

Boruto menggelengkan kepalanya. Ia akan tetap mempertanggung jawabkan perbuatannya. Ia bukan laki-laki pengecut! Ia tak akan lari dari tanggung jawabnya.

Tidak akan pernah!.


*************

Sarada melangkah menuju bangkunya. Wajahnya terlihat kacau pagi ini. Matanya membengkak karena semalaman menangis. Ujung hidungnya pun juga memerah. Chocho yang menyadari itu langsung menghampiri Sarada. Ia khawatir Sarada sakit.

"Lho kenapa, Sar?"

Namun Sarada hanya menggeleng lemah dan mengalihkan pandangannya keluar jendela. Ia tak ingin Chocho melihat matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Lho jangan kayak gini terus, Sar! Gue tau lho ada masalah. Cerita sama gue, Sar!"

"Gue baik-baik aja kok, Cho!"

Nada suara Sarada terdengar bergetar. Chocho tau itu. Ia sangat peka pada kondisi Sarada saat ini. Tapi ia memilih diam dan tidak memaksa Sarada untuk bercerita padanya. Ia tak ingin sahabatnya itu semakin tertekan.

"Yaudah kalau lho gak mau cerita. Tapi kalau lho butuh sandaran, gue akan selalu ada buat lho!"

Sarada tersenyum mendengar ucapan Chocho. Ia beruntung memiliki sahabat yang perhatian seperti Chocho. Tapi biarkan saat ini ia menyimpan semua masalahnya sendiri. Sudah cukup ia membebankan sahabatnya dengan semua masalahnya.

'Aku akan menyelesaikan ini sendiri!'.

********

Angin berembus menerbangkan helaian rambut hitam Sarada. Ia sedang melihat pemandangan dari atap sekolah. Ia membolos pada pelajaran Shino-sensei. Bukan tanpa alasan, ia akan bolos pelajaran hanya jika sedang dalam banyak beban pikiran. Ia lelah terus menerus terkurung dalam rumitnya masalah hidup. Belum sepenuhnya ia melepas kepergian orang tuanya, cobaan datang silih berganti. Ia ingin mengakhiri hidupnya saat ini juga. Tapi ia urungkan niat bunuh dirinya saat mengingat ada sebuah kehidupan dalam tubuhnya. Sarada berusaha menguatkan diri. Janin ini berhak hidup dan melihat dunia. Bagaimanapun juga bayinya tidak bersalah.

Perlahan sebuah senyuman terukir manis dibibir Sarada. Entah dorongan dari mana, sisi keibuan muncul dalam diri Sarada. Mendadak ia tak sabar menantikan kehadiran buah hatinya. Diusapnya perut datarnya sambil menggumamkan kata-kata manis.

Sarada semakin yakin saat Boruto bilang kalau ia akan tetap mempertanggung jawabkan perbuatannya. Walaupun sampai sekarang Sarada tetap menolak. Hari ini Sarada ingin memberi tahu Boruto tentang kabar  kehamilannya. Kali ini ia menyerah. Ia tak sanggup kalau harus menanggung ini semua sendirian. Ia butuh seseorang disisinya. Dan Boruto adalah orang itu.

Sarada mulai melangkah meninggalkan atap sekolah saat bel istirahat berbunyi. Ia akan menemui Boruto dan meminta pertanggung jawaban.

Saat melewati ruang musik, tak sengaja pandangan Sarada menangkap siluet sosok Boruto didalam. Perlahan dibukanya pintu ruang musik tersebut dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara.

Degg

Mata Sarada terbelalak saat melihat Boruto sedang berciuman dengan...

Tsubaki!.

Runtuh sudah keyakinan Sarada pada janji Boruto. Ternyata janji Boruto selama ini hanyalah bualan semata. Satu isakan kecil berhasil lolos dari bibir mungil Sarada. Ternyata isakan itu berhasil menginstrupsi kegiatan kedua orang yang langsung menoleh kearah dirinya. Boruto tampak terkejut melihat kehadiran Sarada. Sedangkan Tsubaki tersenyum miring melihat Sarada yang tengah terisak hebat.

"S-Sarada, i-ini bukan s-seperti yang-"

Sebelum Boruto menyelesaikan ucapannya, Sarada sudah berlari menjauh darinya. Boruto hendak berlari mengejar namun lengannya segera dicekal oleh Tsubaki.

"Boruto-kun, kau mau kemana?"

Boruto segera menghepaskan tangan Tsubaki dengan kasar.

"Ini semua gara-gara lho!"

Setelah membentak Tsubaki, Boruto segera berlari menyusul Sarada meninggalkan Tsubaki yang sudah menghentak-hentakan kakinya kesal. Namun naas, kakinya tersandung dan tubuhnya pun ambruk menyebabkan pipi kanannya lebam. Boruto meringis kesakitan saat menyentuh pipinya. Ia kehilangan jejak Sarada.

"Sial, Sarada kayaknya salah paham!".

********

Sarada terus berlari dengan air mata yang membasahi pipinya. Sesekali ia menoleh kebelakang berharap Boruto ada disana mengejarnya. Namun nihil, Boruto tak mengejarnya. Sarada terus berlari tanpa mempedulikan banyak siswa yang menatapnya.

Sarada langsung menyambar tasnya dan keluar dari kelas tak peduli teriakan Chocho yang terus memanggil namanya. Tujuannya hanya satu. Pagar belakang. Ia akan pulang keapartemennya dan menangis sejadi-jadinya disana.

Sekarang ia ragu pada tanggung jawab Boruto. Jangan salahkan Sarada kalau ia akan menyakiti dirinya atau kandungannya. Boruto sendiri yang telah membawa terbang Sarada kemudian menghempaskannya dengan kasar kedalam jurang yang curam.

Sarada ragu akan janji Boruto padanya.


Bersambung...!

Wrong [Borusara fanfiction//on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang