berusaha

784 72 6
                                    


Sarada tak tau pasti apa yang akan ia lakukan sekarang. Sedari tadi ia hanya memandangi wajahnya lewat cermin dikamarnya. Lampu dikamarnya sengaja ia matikan. Hanya sinar bulan yang menjadi penerang satu-satunya kamar ini. Angin malam berembus menerbangkan gorden jendela. Kulit Sarada merinding saat angin malam yang dingin menyentuhnya. Tapi ia sama sekali tidak peduli akan hal itu.

Perlahan tangan kanannya mengambil benda kecil didalam nakas. Itu sebuah silet. Perlahan diarahkannya silet itu kearah pergelangan tangan kirinya. Perih dirasakan Sarada saat silet itu berhasil menyayat kulitnya. Namun Sarada menyukai sensasi aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Darah merembes keluar dengan derasnya dan menetes mengotori lantai. Bibir Sarada membentuk sebuah senyuman atau lebih tepatnya seringaian. Disayatnya kembali kulit tangannya. Kini tangannya sudah berlumuran darahnya sendiri.

Degg

Sarada segera tersadar dari perbuatannya. Ditatapnya nanar tangan yang penuh dengan darah itu. Air mata mengalir menganak sungai dipipi porselen wanita itu. Dirinya merasa bersalah telah menyakiti dirinya sendiri. Tubuhnya merosot jatuh kelantai yang kotor oleh percikan noda darah. Sarada melemparkan silet ditangannya kesembarang tempat. Ia merasa menjadi seorang pengecut sekarang. Sarada merasa bersalah pada janin dikandungannya.

'Aku ibu yang buruk!'.

************

Boruto menatap nanar pantulan wajahnya dicermin kamar mandi. Pipi sebelah kanannya tampak lebam. Memori saat Sarada memergokinya sedang berciuman dengan Tsubaki kembali berputar diingatannya. Sebenarnya ia tak benar-benar berciuman dengan Tsubaki. Sungguh!. Itu adalah sebuah ketidak sengajaan. Atau mungkin memang Tsubaki sengaja melakukannya.

Flashback on

Boruto sedang berjalan menuju ruang musik. Tanpa tahu kalau seorang gadis berambut coklat sedang mengikutinya dari belakang. Tujuan Boruto keruang musik adalah mengambil buku pelajaran yang tak sengaja ia tinggalkan disini saat nongkrong bersama teman-temannya. Saat ia hendak berbalik, tiba-tiba saja pintu ruangan tertutup. Boruto sedikit terkejut tapi ia acuhkan begitu saja.

'Mungkin hanya angin'.

Saat hendak melangkah pergi, tiba-tiba tangannya ditarik kebelakang dan sebuah benda kenyal menempel pada bibirnya. Ternyata Tsubaki pelakunya. Boruto berusaha memberontak namun usahanya sia-sia. Ia malah terlena oleh permainan gadis itu tanpa menyadari pintu ruangan tiba-tiba dibuka oleh seorang wanita berambut raven. Barulah Boruto tersadar saat mendengar sebuah isakan kecil dari mulut Sarada. Segera ia mendorong Tsubaki dan melihat kearah Sarada yang tampak terisak hebat. Ia ingin menjelaskan. Namun Sarada sudah berlari menjauh.

Flashback off

"Aarrggh!"

Boruto meninju cermin wastafell sampai pecah. Ia tak peduli walau tangannya berdarah. Ia butuh pelampiasan emosi. Liquid bening perlahan jatuh membasahi pipinya. Satu kata. FRUSTASI. Boruto merasa menjadi laki-laki bodoh sekarang. Ia tak mampu bertanggung jawab pada Sarada.

'Aku memang payah!'.


*********

Sarada melihat-lihat kotak obat-obatan yang baru saja ia beli. Ya, ia berniat menggugurkan kandungannya. Ia sudah tak sanggup lagi. Perlahan tangannya mengambil satu butir obat dan dengan bergetar, mengarahkannya kemulutnya. Tapi mulutnya tak mau terbuka. Seakan menolak jika Sarada akan membunuh janinnya. Dipandanginya pil kecil berwarna putih ditangannya. Lagi dan lagi, air mata mengalir kembali dari matanya.

Tuhan, Sarada lelah hidup seperti ini. Ia lelah terus menerus menangis. Ia ingin mengakhiri hidupnya namun tubuhnya tidak sejalan dengan pemikirannya.

'Papa, mama, aku harus bagaimana?'.

Sarada kembali menyimpan obat-obatan tersebut kedalan nakas. Mungkin ia akan berpikir dua kali untuk menggugurkan kandungannya. Ia akan mencoba bangkit lagi. Mamanya tak pernah mengajarkannya untuk menyerah. Sarada akan mencoba menyelesaikan masalahnya sendiri. Sudah cukup air matanya terkuras habis. Ia sudah muak jika harus terus-menerus terkukung dalam suramnya kehidupan.

Bersambung...!

Wrong [Borusara fanfiction//on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang