15. Not Your Fault

372 84 28
                                    

Pukul empat sore. Matahari hampir tenggelam, dan Skyla baru saja bangun dari tidur yang tidak terlalu nyenyak.

Di sana, di dalam kamar apartemennya yang luas, ia menoleh ke kiri, memandang jalanan Seoul lewat kaca jendela. Dari apartemennya yang berada di lantai 20, Skyla bisa melihat suasana di bawah sana dengan sangat jelas. Jalanan terlihat lebih ramai dari biasanya, ia bisa melihat banyak sekali orang-orang di bawah sana. Ada yang sedang bergandeng tangan dengan sang kekasih, ada yang sedang berfoto untuk mengabadikan momen-momen mereka, dan ada yang sedang bercengkrama sembari tertawa ria.

Skyla iri. Melihat mereka semua tertawa membuatnya ingin ikut bergabung di tengah keramaian. Apa suatu saat ia bisa merasakannya? Berjalan bersama seseorang yang spesial di bawah langit yang dihiasi guratan jingga.

"Tidak," Skyla menggelengkan kepala. "Tidak mungkin" ia terkekeh pelan. Sadar jika hal seperti itu tidak akan pernah terjadi padanya.

Dengan kasar Skyla menyibak selimut yang menutup setengah tubuhnya. Menurunkan kaki dan membiarkan telapak kakinya bersentuhan langsung dengan karpet bulu yang melapisi lantai. Skyla hendak berjalan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih, namun sesuatu berhasil menghentikan pergerakannya. Rumah tingkat kecil bewarna putih kusam yang hanya terpisah beberapa bangunan dari gedung apartemennya.

Tanpa mengalihkan pandangannya dari sana, tangannya begerak membuka jendela. Manik mata coklat gelapnya tampak tak berkedip, memandang seorang wanita paruh baya bersama anak gadisnya yang sedang membersihkan atap rumah. Mereka terlihat seperti ibu dan anak pada umumnya, hanya saja sesuatu yang ada pada tubuh mereka berhasil menarik perhatian Skyla.

Tangan dan kaki gadis itu dipenuhi balutan perban, sementara ibunya berada di atas kursi roda dengan sebelah kaki yang di lapisi gips. Dalam kondisi seperti itu, mereka masih harus tetap melakukan pekerjaan rumah yang tentu saja tidak mudah.

Skyla memejamkan matanya sejenak, merasakan semilir angin menerpa tubuhnya. Di saat semua orang yang berada di jalanan terlihat bahagia, mengapa masih ada orang yang harus menderita? Mengapa ada banyak sekali penderitaan dan musibah?

Kedua matanya kembali terbuka saat merasakan sinar senja yang membiasi tubuhnya. Rambut panjangnya melambai mengikuti angin yang berhembus. Sudah masuk musim dingin, namun Skyla masih bisa merasakan rasa hangat dari sinar senja pada kulit pucatnya, yang bahkan meresap hingga menyentuh relung terdalam. Tanpa sadar, bibir tipisnya menyunggingkan senyuman.

Sekarang Skyla sadar. Semua orang memiliki keinginan masing-masing. Tapi apa semua keinginan itu bisa dikabulkan? Tidak, tapi bukan berarti jika keinginan itu tidak akan pernah bisa terkabul. Semua orang mempunyai masalah mereka masing-masing. Sudah menjadi jalannya bagi manusia untuk menjalani hidup penuh dengan tantangan, senang atau tidaknya, kita sendiri yang memutuskan.

Skyla mendengus. Dua menit lalu ia menertawakan dirinya yang terlihat menyedihkan, tapi sekarang ia malah merasa bersyukur atas semua yang sudah ia miliki.

Drttt...

Suara getaran membuyarkan lamunannya. Ia menutup jendela dan berjalan mendekati meja untuk meraih ponselnya yang ternyata penuh dengan belasan miscall dan juga pesan dari managernya.

Baekhyun
Sudah bangun?

Skyla sedang mengetik untuk membalas pesan Baekhyun saat suara bel tiba-tiba terdengar memenuhi sepenjuru apartemen. Ia mendengus, pasti itu Baekhyun.

"Selamat natal!" seru Baekhyun saat Skyla membukakan pintu untuknya. Dengan pakaian serba merah dan juga topi santa, dia tersenyum lebar, menunjukkan senyuman terbaiknya.

"Aku tidak merayakan natal," balas Skyla. "Tapi siapa peduli, selamat natal, manager-nim"

Pria itu berjalan masuk membawa keranjang besar di tangannya. "Kau sudah makan?"

MoonBiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang