41. Feelings Remain

300 54 29
                                    

Bibir yang lembut menyentuh pelipis Skyla, memberi ciuman hangat yang membuat kedua matanya terbuka.

Mark, pria itu terus meninggalkan kecupan-kecupan kecil sejak ia terbangun dari alam mimpi. Tangannya memeluk pinggang ramping Skyla erat. Ia menyukai semua tentang perempuan itu. Ya, semuanya. Bukan hanya bakatnya dalam berakting, bukan hanya matanya yang bersinar seterang bintang-bintang, bukan juga hanya kerling sudut mata Skyla, apa lagi saat dia tersenyum. Mark menyukai semuanya. Semua tentang Skyla. Dan ia tidak bisa mengutarkannya dalam kata-kata. Tapi oh, ternyata sentuhannya bisa.

Diusapnya rambut panjang Skyla yang halus. Harum khas tubuhnya tercium menembus baju. Mark tidak berbohong, aroma tubuh Skyla benar-benar seperti candu, menusuk hingga ke kalbu. Sangat memabukkan, bagaikan sihir yang membuat Mark tidak ingin melepas pelukannya.

Dan Skyla adalah wanita, seperti kebanyakan wanita di belahan bumi ini. Dirinya ingin sekali berbalik dan merespon sentuhan Mark yang terasa selembut ciuman. Tapi di saat yang bersamaan ia tetap ingin tidur.

“Sudah bangun?” tanya Mark saat ia merasakan pergerakan kecil Skyla.

Tanpa berbicara, perempuan itu mengerang dan menyembunyikan wajah di bantal.

Mark tersenyum. Ia mendekatkan kepala Skyla dengan tubuhnya, dan menempelkan wajahnya di sana.

“Good morning beautiful”

Bisikan itu berhasil membuat Skyla membalikkan tubuhnya. Ia membuka mata, mendapatkan Mark dengan rambut acak-acakan yang sedang menatapnya tepat di mata.

Tak ada pergerakan, tak ada perbincangan, hanya ada sepasang mata yang saling memandang, dan juga rasa nyaman yang tak berujung.

Keheningan tak pernah terasa sehangat ini sebelumnya.

“Good morning” gurau Skyla, menenggelamkan wajahnya di dada Mark dan kembali tidur.

Senyuman Mark semakin mengembang. Ia merangkul kepala Skyla, mengusap dan mengacaknya gemas. “Hey, wake up”

“Hmm” deham Skyla tanpa berniat untuk membuka mata.

Mark menjauhkan tubuhnya agar bisa melihat wajah Skyla. Perempuan itu tidak berpura-pura.

“Sky, bangun” suaranya yang lembut membujuk.

“Tidak”

“Ini sudah hampir jam delapan”

“Tidak mau”

“Aku akan buatkan sarapan jika kau bangun”

Hening. Skyla terdiam seperti seseorang yang sedang menimbang-nimbang. Tapi nyatanya ia sama sekali tidak tertarik dengan tawaran Mark, apa yang Skyla inginkan hanyalah tidur.

Mark menghela napas dan bergerak turun dari kasur. “Aku akan ambil segelas air. Aku ingin kau bangun saat aku sudah kembali atau kau akan mendapatkan hukuman”

Ancaman itu berhasil membuat Skyla terbangun. Namun kecupan singkat yang ditinggalkan Mark sebelum berjalan keluar kembali mengundang rasa kantuk.

Skyla mengedipkan matanya berkali-kali. Berusaha untuk tidak memejamkan mata di dalam ruangan yang dingin ini.

Dari sekian banyak cara untuk membangunkan seseorang, mengapa Mark harus memilih kecupan?!

MoonBiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang