Penaku-at

10 0 0
                                    

Apa kabar ketakutan?

Layaknya menjadi teman, katanya padaku. Ku temui dia di dalam cermin disudut kamar. Ku tanya, apa yang kamu takutkan?. Esok kah, apa yang terlewat?. Mereka memenuhi perasaanku dan ruang pikirku. Apakah itu? tanyanya.

Ketakutan

Terlalu berambisi ingin memenuhi ekspetasi semua orang, sebab semua orang melabelling nya terlalu berlebihan. Lakukan apa yang kamu mau, dan kamu suka. Riuh memang overthinking itu, waktu menunjukan sudah waktunya tidur. Namun pikiran berlari terlalu kencang. Merancang masa depan, lagi-lagi berjumpa dengan rasa takut. Lagi, lagi dan lagi. 

Aku beritahu, caramu tidak salah. Hanya saja mereka kurang mendengarkan apa yang faktanya kamu rasakan. Tidak lagi butuh validasi, cukup lakukan, nikmati prosesnya. Bahkan pada setiap luka, kecewa, dan marah. Nikmatilah. Dewasa butuh mereka semua. Untuk membentuk insan yang tidak lagi penakut.

Aku tahu, sulit menghilangkan luka itu semua. Tapi apa salahnya untuk terus mencoba menyembuhkannya. Jangan lari, apalagi terus ditahan. Sebab luka, butuh penyembuhan. Bukan di timbun dan dijadikan beban dalam setiap langkah tujuan. Sudah yah, ingat selalu. Bahwa kamu butuh mereka dikemudian hari. Ingat juga, jangan pernah ditahan, luapkanlah. Tapi, secukupnya saja. Sebab tak ada yang lebih melegakan kalau kita sadar bahwa kita hanya manusia.

Benar, manusia biasa yang tidak apa-apa untuk merasakan apa yang sebenarnya lelah untuk di beri haknya. Seperti menahan tangis di setiap malam. Sudah ditolak untuk jangan lagi jatuh yah air mata, tapi tetap tidak bisa. Tak apa, berikan dia hak untuk jatuh yang akhirnya membuatmu tidur nyenyak dengan mata yang sedikit sembab.

Jangan lagi takut yah, seseorang yang ku temui di cermin setiap malam. Sebab kamu juga butuh takut untuk kuat.

_Penaku-at_



kami manusia biasa (END)Where stories live. Discover now