Logat medok khas jember begitu melekat pada lidahnya. Ingin kutiru namun mulut ini terasa gagu. Si pekerja keras, namun pendiam ketika sakit terasa tersirat kehatinya. Berbicaranya dan membuntalnya dibelakang maklum, kami kan maunisa biasa pasti punya. Wah, dewasa sekali anak bungsu ini. Memberi banyak peringatan, padahal diawal dia sangat tertutup. Mukanya tak sama seperti hatinya.
Entah harus kusebut ibu, atau guru, atau juga kakak. Semuanya mungkin bisa. Kehaluan sering terjadi diantara kita. Haha lucu sekali. Penantiannya begitu setia pada satu pria yang daerah kotanya banyak sekali bangsa bugis.
Aku merindukan nya.
Si muka jutek yang baik hatinya.
Stay hamble, kamu menginspirasiku dari jauh. Bahwa bersikap biasa saja dalam menyikapi permasalahan itu bagaikan satu senjata ampuhmu. Jelajahi lagi terus, jangan bosan, kamu hebat!. Aku saja kadang tidak kuat. Aku manusia biasa, juga kamu. Tapi, kamu mengajarkan untuk kita bisa menjadi luar biasa. Panggilnya padaku
"dek, kamu kecil-kecil cabe rawit".
Apalah itu aku senang bisa mengenalmu.
Anak jember yang baik.
Aku merindu, ingin rasanya temu.
Semoga kamu cepet bersatu yah, kalau sudah, nanti jangan lupa denganku.
Disini merindu 💖
YOU ARE READING
kami manusia biasa (END)
Short Storylewat seseoranglah kita, kamu bahkan aku. Biasa mendapatkan pelajaran serta pengalaman. Entah itu cerita, masa-masa kelam, dan lainnya. Bagaimanakah mereka?. Ini kisah dari sekian banyak kisah. Tertumpah segala, tentang keluh dan kesah. Kebahagiaan...