Prologue

124 7 0
                                    

Mobil BMW bertipe 530i berwarna mediterranean blue metallic itu membelah jalanan Kota Seoul yang tidak terlalu padat hari itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil BMW bertipe 530i berwarna mediterranean blue metallic itu membelah jalanan Kota Seoul yang tidak terlalu padat hari itu. Di dalamnya, duduk nyaman seorang pemuda tampan yang tengah menyaksikan terbenamnya matahari yang membuat langit Seoul berwarna jingga keemasan. Pria itu menghela napas lalu memandang arloji yang tersemat apik di lengan kirinya. Sesungguhnya tubuh pria itu telah cukup letih dan sudah meronta untuk merebahkan diri di kasur empuknya. Namun, hal tersebut tak bisa ia lakukan karena sang ayah tiba-tiba meneleponnya lalu mengatakan bahwa ia harus segera datang ke Mansion kakek dan neneknya yang terletak di Gang-nam.

"Tuan Yedam, masih ada sisa waktu tiga puluh menit sampai kita sampai di Mansion Devian. Jika Anda mau, Anda bisa tidur terlebih dahulu nanti biar saya bangunkan" Tuan Ahn—supir pribadi Yedam semenjak pria itu berusia lima tahun— menyahut di balik kemudi stirnya. Matanya yang sudah di hiasi keriput tipis memandang sosok Yedam dari spion kaca yang memperlihatkan wajah kuyu pemuda tampan itu.

Yedam tersenyum, menggelengkan kepalanya pelan, "Tak apa Tuan Ahn, aku akan menikmati jalanan kota Seoul saja. Lagipula, kapan lagi aku memiliki kesempatan untuk melihat ramainya kota ini, Kau tahu bukan setiap hari aku hanya akan pergi ke sekolah, tempat les lalu rumah" balas Yedam.

Tuan Ahn menganggukkan kepalanya pertanda mengerti. Pria lanjut usia itu membiarkan tuan mudanya kembali tenggelam dalam lamunannya. Sejujurnya, Tuan Ahn merasa sangat kasihan pada Yedam. Di saat kawan-kawan seusia tuannya itu bersenang-senang dan menghabiskan masa muda mereka dengan hal-hal yang mereka sukai, tuannya hanya mampu berkutat dengan berbagai hapalan, rumus, dan soalan. Yedam tidak pernah keluar untuk bermain dengan teman-temannya, pria itu hanya keluar rumah untuk sekolah, tempat les, juga rumah sakit apabila keadaan Nyonya Jisoo drop. Bahkan Tuan Ahn tak yakin bahwa Yedam memiliki teman di sekolahnya mengingat keperibadian pemuda itu yang cukup tertutup.

Menjadi orang kaya itu memanglah anugrah sekaligus petaka, pikir Tuan Ahn sambil membelokkan mobilnya memasuki halaman luas mansion milik Jiyong. Tetapi, pria tua itu dengan terkejut menginjak pedal rem kala sebuah mobil ferrari pista 488 berwarna merah menyalipnya di depan. Yedam yang tengah asik-asiknya mengarungi lamunanya sendiri pun dengan terpaksa harus merelakan dahi mulusnya terbentur lumayan keras ke kaca mobil.

"Tuan Anda baik-baik saja?" tanya Tuan Ahn setelah berhasil mengendalikan diri dari keterkejutannya.

Yedam masih mengaduh sambil mengusap-usap dahi mulusnya yang pasti sebentar lagi akan berubah warna menjadi biru. Tanpa repot-repot menjawab pertanyaan dari Tuan Ahn, Yedam langsung keluar dari mobilnya kala ia menemukan sepupunya tengah tertawa sambil menyandarkan diri di mobilnya dengan tangan yang sibuk memutar-mutar kunci mobil.

"Dasar Hwang Doyoung sialan, kau membuat jidat mulusku benjol" sahut Yedam sambil memukul tengkuk Doyoung dengan penuh kasih sayang.

"Aduh, Kak Yedam sakit tahu" sungut Doyoung sambil mengusap-usap tengkuknya yang terasa nyeri.

KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang