Chapter 4

71 6 0
                                    

"Mau kemana kamu Hwang Doyoung?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau kemana kamu Hwang Doyoung?"

Doyoung yang sedang mengenakan latterman jacket berwarna biru dongkernya itu dengan malas berbalik hanya untuk mendapati wajah suram dari kedua orang tuanya. Mata pria itu mengerling malas, "Ke sekolah, emangnya mau kemana lagi? Kecuali kalau papah ngeizinin Doyoung buat bolos"

"Duduk di sini sekarang!" ucap Jennie

"Untuk apa? Cuman buat mendengarkan celotehan papah sama mamah? Buang-buang waktu namanya"

"Doyoung duduk!"

Doyoung menghela napasnya berat, kalau saja dua orang di hadapannya itu bukanlah orang tuanya sudah ia pastikan sebuah vas menghantam wajah menyebalkan kedua orang itu. Dengan langkah malas Doyoung berjalan menuju meja makan, lalu mendudukan bokongnya tepat di hadapan Bobby. Ia sudah tahu apa yang akan kedua orang tuanya itu katakan, pasti tak akan jauh-jauh mengenai Doyoung yang sudah dua hari ini kabur dari tutornya.

"Sudah senang main-mainnya? Hari Sabtu kamu udah pergi, lalu kemarin pergi lagi. Mau jadi apa kamu hah di masa depan? Mau jadi gelandangan, iya?" omel Jennie kelewat cepat.

"Orang lain mati-matian belajar demi jadi orang kaya, sementara kamu sudah hidup dengan sendok emas sejak lahir. Apa susahnya mempertahankan apa yang memang sepatutnya kamu pertahankan? Ini semua demi kebaikan kamu, Doyoung"

"Kebaikan aku atau kebaikan papah sama mamah?" tanya Doyoung dingin, "Jadi direktur utama itu bukan impian aku, tapi impian papah sama mamah!"

"MAMAH SAMA PAPAH TAHU APA YANG TERBAIK BUAT KAMU!" bentak Jennie

Doyoung dengan tiba-tiba bangkit berdiri hingga bangku yang ia duduki jatuh dan menimbulkan suara debuman yang cukup keras, "Terserah, Doyoung sarapan di Sekolah aja" ucapnya berbalik.

"Kalau hari ini kamu bolos les lagi, papah akan benar-benar mencabut semua fasilitas kamu Hwang Doyoung," ucapan dari Bobby membuat Doyoung kembali melirik pada sang papah yang tengah menyeruput kopi hitamnya, "Sial, bukankah sudah saya bilang saya mau tiga sendok gula dalam kopi saya. Apa ini, rasanya masih pahit!" lanjut pria itu sambil membuang kopinya yang jelas kalimat tersebut bukan ditunjukan pada Doyoung melainkan pada Jennie.

"Kau kira aku pembantumu? Kau punya dua tangan dan masih bisa berfungsi, jangan manja"

"Kau itu istriku, jelas Kau yang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi semua kebutuhanku!"

Tak ingin mendengar lebih jauh perdebatan antara kedua orang tuanya, Doyoung lebih memilih untuk meninggalkan keduanya. Ia sudah terlalu muak disuguhi drama picisan dari kedua orang tuanya. Mereka benar-benar tak memiliki urat malu, bertengkar di depan Doyoung hanya karena hal sepele saja.

"Oy, Kak Dobby, pagi-pagi udah kusut aja wajahnya?"

Doyoung yang hendak mengenakan helm pun urung kala menemukan sosok Jeongwoo juga Haruto yang sepertinya tengah menunggu paman Hanbin untuk mengantarkan keduanya ke sekolah, "Biasa, drama pagi-pagi" balas Doyoung santai yang di balas oh panjang dari Jeongwoo.

KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang