Chapter 1

91 11 0
                                    

"Hwang Yedam Devian, Kau mendengarkan apa yang ayah sampaikan bukan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hwang Yedam Devian, Kau mendengarkan apa yang ayah sampaikan bukan?"

Yedam menghentikan langkahnya, pria itu menarik napasnya dalam-dalam. Setelah pulang dari mansion kakeknya, ayahnya terus saja berceloteh mengenai Yedam yang harus sempurna dalam semua bidang demi dapat merebut kekuasaan sebagai direktur utama dari Kingdom Corp. Sungguh, saat ini Yedam benar-benar letih dan ingin beristrihat tetapi ayahnya terus saja mengoceh membuat telinganya terasa pengang bukan main . Bukankah Yedam selalu menjadi yang terbaik? Tapi, mengapa ayahnya itu masih belum merasa puas akan segala pencapaian Yedam?

Jinhwan berjalan ke depan Yedam melihat anaknya yang mematung, "Kau harus bisa mengambil posisi yang seharusnya menjadi hak ayah. Kau harus bisa menjadi direktur utama dan menyingkirkan sepupu-sepupumu yang lain"

"Yah, mereka itu adik-adikku. Aku tidak bisa jika harus berkompetisi dengan adikku sendiri"

"Kau itu anakku satu-satunya dengan Jisoo! Jangan pedulikan sepupu-sepupumu itu, mereka bukan adikmu"

"Tetap saja, ayah-"

"Jangan cengeng Yedam, apakah Kau berpikir sepupu-sepupumu itu benar-benar peduli padamu? Mereka hanya sedang bermain peran di hadapanmu dan setelah Kau mulai lengah mereka akan menusukmu dari belakang persis seperti yang Bobby lakukan pada ayah" sahut Jinhwan tanpa sadar mengepalkan telapak tangannya. Sampai saat ini, pria itu tak dapat memaafkan pengkhianatan yang dilakukan oleh Bobby terhadap dirinya.

"Kau ingin ibumu tetap hidup bukan?" lanjut Jinhwan yang di balas anggukan kepala oleh Yedam, "Ambil posisi direktur itu, bagaimana pun caranya! Kau paham?"

"Paham ayah"

Jinhwan menepuk-nepuk pelan bahu Yedam, "Bagus, jangan sampai Kau membuat ayah kecewa. Masuk dan istirahatlah" ucap Jinhwan sambil berlalu meninggalkan Yedam.

Bahu Yedam merosot turun, helaan napas berat terdengar keluar lirih dari bilah bibir pria itu. Yedam mengusap kasar wajahnya, isi kepalanya mendadak terasa begitu penuh saat ini. Bagaimana bisa ia dibuat berkompetisi dengan sepupunya sendiri? Bagaimana bisa ayahnya membuat kehidupan berharga milik sang ibu sebagai bahan ancaman bagi Yedam? Di satu sisi Yedam benar-benar menyayangi sepupu-sepupunya yang selalu ada di kala Yedam terpuruk tetapi di sisi lain Yedam tak ingin jika harus kehilangan sang ibu yang tengah berjuang hidup demi dirinya. Jadi, yang mana yang harus Yedam pilih?,

"Tuan, Nyonya Jisoo sedari tadi mencari Tuan" seorang maid yang melintas tiba-tiba saja mengangetkan Yedam dari lamunanya.

"Ah, ibu memangnya ada di mana?" tanyanya.

"Nyonya Jisoo sedang membaca buku di perpustakaan. Kondisinya sedang sangat baik hari ini"

"Syukurlah kalau begitu" ucap Yedam tersenyum kecil, "Tolong sampaikan pada ibu kalau aku akan menyusul ke perpustakaan setelah membersihkan diri"

"Baik Tuan, akan saya sampaikan" balas maid tersebut lalu berlalu pergi meninggalkan tuannya yang berjalan menuju ke lantai dua.

Setelah menghabiskan waktu selama tiga puluh menit untuk mendinginkan otaknya di bawah kucuran shower. Yedam keluar dari kamarnya dengan t-shirt putih yang ditutupi oleh cardigan berwana coklat dengan celana panjang bermotif kotak-kotak. Pria itu berlari menelusuri rumahnya dengan senyum lebar yang tersungging di bibirnya. Maid yang melihat kelakuan tuan mudanya itu sudah terlalu maklum dengan tabiat Yedam, pria itu akan selalu berubah menjadi sosok ceria apabila hendak bertemu dengan wanita yang telah melahirkannya ke dunia.

KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang