June menatap sedih pada pintu kamar Junghwan yang masih tertutup rapat. Ini sudah hari ke delapan semenjak kejadian di mansion ayah mertuanya n
amun hubungan antara istrinya dengan sang putra tunggal sama sekali tak mengalami kemajuan malah semakin memburuk. Junghwan sama sekali belum keluar dari kamarnya, anak itu bahkan memutuskan untuk makan di sana. Katanya ia tak ingin kehadirannya membuat nafsu makan sang ibu berkurang. Junghwan juga semakin terlarut dalam belajar, pria itu bahkan sempat sama sekali tak tertidur karena terlalu fokus dengan buku-bukunya."June-ya, ayo sarapan"
June yang mendengar teriakan Rosé dari bawah pun dengan segera menuruni tiap-tiap anak tangga. Pria itu menatap miris pada sosok sang istri yang tengah sibuk mempersiapkan meja makan dengan wajah yang nampak pucat. Tak ada lagi senyum yang tersunggingkan di bibir cantiknya, wajah sang istri terlihat begitu suram. June sangat menyadari seberapa tersiksanya Rosé selama ini karena terus menjaga jarak dengan Junghwan, tiap malam sang istri akan diam-diam menangis terkadang meruntuki dirinya sendiri yang tak becus menjadi seorang ibu. Keretakkan keluarganya ini benar-benar membuat June bisa kehilangan akal sehatnya.
Ia sangat rindu suasana hangat di meja makan, ia juga rindu mendengar gelak tawa dari Junghwan karena lelucon garingnya, ia juga rindu melihat Junghwan yang bergelayut manja di tangan Rosé lalu memeletkan lidahnya pada June yang cemburu karena waktu berduaanya dengan Rosé di ambil alih oleh Junghwan. Ia rindu keluarga bahagianya yang dahulu.
"Rosé-ya," gumam June pelan, "Tak bisakah kau berbaikan dengan Junghwan? Bagiku tindakanmu sudah keterlaluan Rosé-ya"
Rosé yang semula tengah sibuk menata meja mendadak terdiam. Wanita itu menatap lekat pada mata sang suami, "Tindakanku keterlaluan? Bukankah tindakan Junghwan jauh lebih keterlaluan June-ya? Ini sepadan dengan apa yang dia lakukan, dia harus belajar bahwa yang dia lakukan itu salah"
"Junghwan sudah menyadari ia salah, Rosé-ya. Jadi, ku mohon berhenti menyiksanya dengan kebungkamanmu. Karena tindakanmu yang seperti ini, sampai sekarang Junghwan sama sekali tak ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada kita"
"Sekarang kau menyalahkanku June-ya? Apa kau mencoba mengatakan bahwa aku juga tak kompeten sebagai seorang ibu sama seperti yang ibuku katakan tempo hari?"
"Tidak begitu, Rosé-ya—oh ya ampun" ucap June mengacak surainya frustrasi, "Junghwan tertekan dengan semua ini, dia memerlukan pelukan ibunya bukan kebungkamannya. Aku mohon turunkan egomu demi anak kita"
"Kau sarapanlah, antarkan juga punya Junghwan. Aku sudah kenyang" ucap Rosé langsung pergi meninggalkan sosok June yang terpaku di tempatnya.
"Rosé-ya, aku tahu kau kecewa tetapi mengapa kau harus seperti ini?" lirih June pelan sambil mengambil nampan yang berisikan sarapan untuk Junghwan.
June membuka pintu kamar Junghwan. Pria itu menghela napasnya kala lagi-lagi menemukan Junghwan yang masih duduk tegak di meja belajarnya dengan buku di tangannya. Lingkaran hitam terlihat jelas di bawah mata anaknya, wajah sang anak yang terlihat begitu kuyu membuat June merasa tak tega. June sangat yakni pasti tadi malam anaknya tidak terlelap di kasur empuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingdom
FanfictionApakah kekuasaan lebih penting di atas keluarga? - Orang lain berpikir menjadi bagian dari Devian merupakan suatu anugrah yang diberikan oleh Tuhan. Tetapi bagi Yedam, Doyoung, Haruto, Jeongwoo juga Junghwan menjadi bagian dari Devian merupakan kutu...