Yedam menghirup sejenak buket bunga yang berada dalam gengamannya. Seulas senyum langsung tercetak di bibirnya kala membayangkan wajah bahagia sang ibu ketika menerima hadiah kecil dari Yedam itu. Tangan Yedam sudah hendak terulur guna menekan tombol lift, namun hal tersebut urung kala ia mendengar suara panik seorang wanita yang tak asing di telinganya. Yedam berbalik, iner kembarnya menemukan sosok Rosé yang tengah menangis sambil mengikuti brankar yang nampak di isi oleh sosok Junghwan yang begitu pucat."Junghwan!" ucap Yedam hendak menyusul langkah Rosé tetapi tiba-tiba saja bahunya di tarik kasar hingga pria itu langsung berbalik menatap kesal pada sosok sang penarik yang tak lain dan tak bukan adalah ayahnya.
"Kau kira, kau mau ke mana Hwang Yedam?"
"Lepas!" ucap Yedam menepis kasar tangan sang ayah yang masih mencengkram bahunya, "Aku ingin menemani tante Rosé juga memastikan kondisi Junghwan"
"Untuk apa kau peduli pada mereka sementara kau juga memiliki seorang ibu yang seharusnya lebih kau khawatirkan. Rosé sudah dewasa, dia bisa mengurus semuanya seorang diri. Lagipula jika Junghwan tiada bukan kah jalanmu untuk merebut tahta direktur utama akan jauh lebih mudah, Yedam-ah?"
"Dasar gila," desis Yedam pelan, "Apa ayah sudah tak memiliki hati nurani? Tante Rosé dewasa bukan hanya untuk akhirnya ditinggalkan seorang diri. Jika menjadi dewasa artinya melewati segalanya tanpa boleh ditemani siapapun, lebih baik aku mati muda ayah!" Ucap Yedam, pria itu kembali melanjutkan sama sekai tak mambiarkan Jinhwan untuk menyela, "Junghwan juga keponakanmu, bagaimana bisa kau berharap keponakanmu sendiri tiada?"
"Cih, Junghwan itu hanya anak pungut. Untuk apa aku menganggapnya sebagai keponakan, dia hanya penghalang untuk kesuksesanmu Hwang Yedam"
Yedam mengerlingkan matanya jengah, pria itu sudah hendak kembali mendebat sang ayah kalau saja pria itu tak memotong cepat, "Silakan saja jika kau ingin menemani Tante kesayanganmu itu dan membiarkan ibumu merasa sedih karena menunggu kehadiran putranya yang lebih mementingkan keadaan orang lain"
"Ayah tahu, aku benar-benar membencimu" ucap Yedam sengit, bersamaan dengan itu pintu lift terbuka lalu pria itu masuk ke dalamnya.
Jinhwan yang melihat tatapan penuh amarah sang anak padanya hanya terdiam hingga pintu lift menutup sempurna. Pria itu menghela napas berat, memijat pelipisnya dengan ringan. Sungguh pria itu tak habis pikir mengapa putra tunggalnya tak pernah bisa mengerti akan keinginan sederhana Jinhwan. Memang dirinya ingin membalaskan dendamnya pada Bobby yang telah berani-beraninya mengambil alih posisi direktur utama yang seharusnya Jinhwan tempati. Tapi, di sisi lain Jinhwan ingin memastikan bahwa Yedam memiliki masa depan yang cerah dan satu-satunya cara untuk memastikan itu adalah dengan membuat sang anak menduduki posisi direktur utama di Kingdom corp. Dengan begitu, jika waktunya di dunia yang fana ini telah habis Jinhwan yakin dapat pergi dengan damai.
Bunyi denting lift menyadarkan Jinhwan dari lamunannya. Pria itu pun dengan segera memasuki lift tersebut. Wajahnya yang semula rumit kini kembali terlihat datar serta dingin. Biarlah Yedam membencinya, tetapi nanti setelah anaknya itu berhasil menduduki posisi direktur utama Jinhwan yakin anaknya akan sangat berterima kasih padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingdom
FanfictionApakah kekuasaan lebih penting di atas keluarga? - Orang lain berpikir menjadi bagian dari Devian merupakan suatu anugrah yang diberikan oleh Tuhan. Tetapi bagi Yedam, Doyoung, Haruto, Jeongwoo juga Junghwan menjadi bagian dari Devian merupakan kutu...