Chapter 5

76 4 0
                                    

Yedam menghentikan langkahnya kala telinganya sudah tak menangkap teriakan dari Doyoung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yedam menghentikan langkahnya kala telinganya sudah tak menangkap teriakan dari Doyoung. Pria itu menghela napasnya pelan lalu mendudukan bokongnya di kursi yang memang selalu tersedia di depan setiap kelas. Pria itu mengacak surainya pelan, sebenarnya ia sangat tak tega harus melihat Doyoung di seret seperti itu oleh dua orang asing berwajah sangar itu. Tapi apa yang bisa Yedam lakukan? Ia tentunya harus mengingat ancaman dari ayahnya tadi pagi.

Yedam baru saja turun dari lantai dua, pria itu terhenti di tangga ke sebelas kala matanya melihat sang ayah yang tengah menyesap kopinya sendirian di ruang makan. Mata keduanya tanpa sengaja bertemu, mau tak mau Yedam harus turun ke bawah dan sarapan bersama sang ayah. Yedam membenarkan selempang tasnya yang sedikit melorot sebelum kakinya kembali menapaki tiap anak-anak tangga.

"Selamat pagi, ayah" sapa Yedam seadanya sambil menarik bangku dan duduk berhadapan dengan sang ayah yang hanya membalas sapaanya dengan anggukan singkat.

"Tuan Yedam, Anda ingin apa?" Bibi Jung yang telah bekerja di rumah itu semenjak Yedam masih bayi menghampiri tuan mudanya dengan senyum yang membingkai wajahnya yang sudah di penuhi kerutan tipis.

"Tolong buatkan Yedam scramble egg dengan waffele yah Bi. Terima Kasih," ucap Yedam

"Minumnya ingin apa?"

"Jus jeruk saja, Bi" balas Yedam yang dihadiahi anggukan dari Bibi Jung, "Oh iya, Bi, Ibu belum bangun?"

"Nyonya Jisoo sedang mandi, pasti sebentar lagi akan menyusul kemari"

"Baiklah, terima kasih banyak yah bi"

"Yedam," sang ayah pada akhirnya buka suara setelah Bibi Jung telah benar-benar pergi meninggalkan keduanya, "Sabtu kemarin, Kau pergi dengan sepupu-sepupumu?" lanjutnya yang hanya di balas anggukan singkat dari Yedam.

Sang ayah langsung menaruh cangkir kopinya dan menatap lekat pada Yedam, "Bukankah ayah sudah menyuruhmu menjauhi mereka?"

"Ayah, aku akan tetap mendapatkan posisi direktur utama itu meskipun aku dekat dengan sepupu-sepupuku yang lain. Berhentilah mengatur hidupku, aku sudah dewasa yah!"

"Ayah baru akan berhenti mengatur hidupmu jika kau sudah berhasil mendapatkan posisi direktur utama itu!"

"Apa bagi ayah hidup itu hanya candaan saja? Apa bagi ayah hidupku juga hidup ibu tak ada artinya!" teriak Yedam berang

"Kau berani menaikkan nada suaramu di hadapan ayah? Lihatlah, kau mulai mengikuti tingkah brandal anak Bobby" ucap Jinhwan sambil berdecih, "Hidupmu juga ibumu tak akan memiliki arti tanpa ayah, Yedam. Sadarlah. Selama ini uang ayah yang bisa membuatmu juga ibumu hidup. Hidup kalian ada di tangan ayah. Jika Kau terus membantah, ayah tak segan-segan akan menghentikan pengobatan ibumu, kau pasti sangat ingin melihat ibumu menderitakan Yedam?"

Yedam memejamkan matanya erat hal tersebut membuat senyum sinis terbit di bibir Jinhwan, "Kau tahu sampai kapan pun kau tak akan bisa melawan ayah, Yedam. Jadi berhentilah mencoba untuk memberontak dan lakukan apa yang harus kau lakukan." Ucap Jinhwan kembali menyeruput kopinya, "Jauhi sepupu-sepupumu, jika sekali saja ayah mendapatkan laporan bahwa kau berhubungan dengan mereka kau akan tahu apa akibatnya"

KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang