Chapter 6

70 6 0
                                    

Jeongwoo dan Haruto baru saja keluar dari rumah setelah mereka berdua menyelesaikan sarapan yang di hiasi ocehan sang ayah mengenai keuntungan apabila seseorang memiliki kekuasaan yang sejujurnya membuat baik Jeongwoo maupun Haruto hendak memuntah...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeongwoo dan Haruto baru saja keluar dari rumah setelah mereka berdua menyelesaikan sarapan yang di hiasi ocehan sang ayah mengenai keuntungan apabila seseorang memiliki kekuasaan yang sejujurnya membuat baik Jeongwoo maupun Haruto hendak memuntahkan sarapan mereka karena terlalu mual dengan ocehan sang ayah. Keduanya kini sedang duduk di teras rumah sambil menunggu sang ayah yang memang sudah terbiasa mengantar mereka ke Sekolah tiap harinya.

"Jeongwoo-ya, Haruto-ya, bawa sandwitch ini untuk makan siang. Kalian perlu uang berapa hm untuk jajan hari ini?" ucap Lisa yang tiba-tiba saja keluar dari rumah dengan terburu-buru sambil menyodorkan dua buah sandwitch sementara tangan satunya memegang dompet.

"Tak perlu," ucap Haruto langsung melengang pergi dari ibunya.

Lisa yang melihat punggung anak sulungnya itu hanya mampu menghela napasnya pelan. Jeongwoo yang melihat itu dengan segera mengambil sandwitch di tangan sang ibu, "Tak apa-apa bu, biar Jeongwoo yang kasih ini ke Haruto. Dia memang suka malu-malu kucing" ucap Jeongwoo sambil tersenyum manis ke arah Lisa.

Lisa mengusap lembut rambut anak bungsunya itu, "Makasih yah, kamu tidak membenci ibu. Padahal ibu pan-"

"Eits, eits, ibu bicara apa sih? Baik Jeongwoo atau pun Haruto, kita berdua tidak membenci  ibu. Meskipun sikap Haruto dingin dengan ibu, percaya sama Jeongwoo di dalam hatinya dia benar-benar menyayangi ibu"

Mata Lisa berkaca-kaca, dengan segera ia membawa Jeongwoo ke dalam pelukannya dan membisikkan kata terima kasih berulang-ulang kali. Ia benar-benar merasa tak berhak untuk menjadi sosok ibu bagi kedua anaknya. Haruto yang melihat sang ibu yang tengah menangis juga Jeongwoo yang mati-matian mencoba menenangkan ibunya itu hanya mendengus pelan lalu mengalihkan tatapannya ke arah lain. Diam-diam seulas senyum tipis terbit di bibirnya, tetapi sesekon kemudian senyum itu lenyap kala Jeongwoo tiba-tiba saja menepuk bahunya cukup keras.

"Nih," sahut Jeongwoo sambil menyerahkan salah satu sandwitch pada Haruto, "Kamu bisa tidak sih, tak membuat ibu menangis sehari saja? Coba cairkan sedikit saja es di hatimu itu, kalau nanti ibu tiba-tiba hilang dalam hidupmu, baru kamu menyesal" oceh Jeongwoo panjang lebar.

"Berisik" ucap Haruto datar lalu menyodorkan tangan kananya pada Jeongwoo.

"Apaan nih?" tanya Jeongwoo sambil menaikkan alisnya.

"Uang jajan" sahut Haruto yang membuat Jeongwoo berdecak jengkel lalu menyodorkan beberapa lembar won pada Haruto.

"Eh itu bukannya Kak Doyoung yah?" ucap Jeongwoo yang membuat Haruto ikut menolehkan kepalanya mengikuti arah pandang kembarannya, "Oy, Kak Dobby, pagi-pagi udah kusut aja wajahnya?" teriak Jeongwoo yang membuat gerakan Doyoung yang hendak mengenakan helm terhenti.

"Biasa, drama pagi-pagi" balas Doyoung

"Kak, mau sandwitch gak?" tanya Haruto tanpa mempedulikan wajah Jeongwoo yang seolah mengisyaratkan kode "Itu ibu bikin buat kamu makan, bukannya buat di makan Kak Doyoung"

KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang