"Berhenti membaca buku, ayo cepat keluar dan pergi ke Kantin? Kau memangnya tidak lapar?"
Junghwan yang merasa terganggu pada akhirnya mengalihkan tatapannya dari buku biologi ke arah dua sahabatnya yang tengah merenggut sebal. Apalagi sosok Niki yang hampir selama sepuluh menit ini terus mengajaknya ke Kantin semenjak bel pertanda istirahat berkumandang. Pria kelahiran Jepang itu sudah bersidekap dada dengan wajah tertekuk, Junghwan yakin disenggol sedikit saja pria itu akan mengomel panjang lebar menggunakan bahasa jepang yang hanya akan di mengerti oleh Junghwan seorang.
"Ayolah, Junghwan-ah, kau mau telingaku berdarah yah mendengarkan ocehan si bawel ini?" Junhyuk yang semula diam akhirnya ikut buka suara sambil mengacak kepala Niki yang menyebabkan pria itu berdecak jengkel, jangan lupakan matanya yang memincing sinis pada Junhyuk yang hanya terkekeh ringan.
Junghwan menghela napasnya pelan, "Kalian pergi saja ke Kantin, aku belum lapar"
"Lalu membuat maghmu kambuh begitu? Oh tidak, kami tidak mau bayi kesayangan tante Rosé di larikan ke Rumah Sakit lagi" ucap Junhyuk
"Aku bukan bayi, bodoh! Tahun depan aku sudah masuk ke sekolah menengah atas"
"Tapi bagi Tante Rosé kau tetap bayinya sampai kapan pun," ucap Niki sambil mencubit kencang pipi tembam Junghwan, "Sudah ikut atau mau aku bakar buku-bukumu itu hah?"
"Ck, dasar pemaksa" sahut Junghwan sambil mengusap-usap pipinya yang terasa nyeri, pria itu lalu mengambil buku biologinya dan berjalan mendahului Niki juga Junhyuk, "Ayo, kenapa diam saja? Tadi katanya mau ke Kantin"
"Nah, bagus. Coba dari tadi, pasti Niki tidak akan berubah menjadi macan betina begini" sahut Junhyuk sambil merangkul akrab Niki yang hanya berdecak pelan.
Ketiganya pun berjalan secara bersisian menuju ke kantin sekolah. Tentunya, Niki harus memegang erat-erat lengan Junghwan agar anak yang kembali tenggelam dalam buku biologinya itu tidak menabrak orang lain atau tong sampah seperti beberapa hari yang lalu. Niki benar-benar tak habis pikir mengapa Junghwan bisa secinta itu dengan yang namanya belajar. Niki saja rasanya ingin melepaskan kepalanya sendiri tiap kali mencoba untuk belajar, padahal dia baru membuka buku selama lima belas menit saja.
"Ya ampun, penuh sekali di sini"
Junghwan langsung mendongak kala mendengar suara Junhyuk mengintrupsi gendang telinganya. Pemandangan Kantin begitu padat oleh para siswa dan siswi, belum lagi suara bising para siswi yang hobby mengosip di sudut Kantin membuat rasa lapar Junghwan menguap entah kemana. Jika keadaannya seberisik ini bagaimana bisa Junghwan fokus dengan bacaanya? Lebih baik pria itu mengurung diri di dalam perpustakaan yang sepi saja daripada berada di tengah-tengah medan perang seperti ini.
"Aku kembali ke kelas saja" belum sempat Junghwan berjalan menjauh, kerah seragamnya sudah keburu di tahan oleh Niki juga Junhyuk.
"Enak saja, kami sudah susah payah mengajakmu kemari. Pokoknya kau harus makan atau aku akan benar-benar membakar buku-buku sialanmu itu" ucap Niki yang juga diangguki oleh Junhyuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingdom
FanfictionApakah kekuasaan lebih penting di atas keluarga? - Orang lain berpikir menjadi bagian dari Devian merupakan suatu anugrah yang diberikan oleh Tuhan. Tetapi bagi Yedam, Doyoung, Haruto, Jeongwoo juga Junghwan menjadi bagian dari Devian merupakan kutu...