Hanbin langsung menarik kedua anak kembarnya ke ruang belajar, meninggalkan Lisa yang hanya bisa terpaku di tempatnya. Hati wanita itu sedari tadi sudah berdetak tak nyaman, ia sangat tahu apa yang akan suami tercintanya lakukan jika sudah menyeret si kembar memasuki ruang belajar yang sudah mirip seperti neraka itu. Jelas sebagai seorang ibu Lisa sangat ingin melindungi kedua buah hatinya namun ia masih terlalu egois akan dirinya sendiri. Ia tak ingin Hanbin meninggalkannya, ia tak bisa hidup tanpa Hanbin.
Di sisi lain, Haruto langsung berdiri paling depan melindungi Jeongwoo setelah sang ayah mengunci rapat-rapat ruang belajar. Ia tahu, meskipun ia dan Jeongwoo menjerit memohon pada sang ibu untuk menghentikan aksi gila ayah mereka, wanita itu tak akan pernah datang. Ia akan datang setelah semua mimpi buruk itu berlalu dengan air mata yang mengaliri mata bulatnya sambil mengucapkan kata maaf yang terdengar begitu memuakkan di telinga Haruto. Sebagai sulung—meskipun hanya berbeda sepuluh menit dengan Jeongwoo— ia harus selalu menjadi tameng bagi Jeongwoo. Sang ayah boleh menyiksanya sesuka hati, bahkan hingga Haruto merengang nyawa pun itu bukanlah masalah asalkan setelah ini adiknya keluar dalam keadaan baik-baik saja tanpa ada lecet sedikit pun.
Hanbin berbalik memandang si kembar lamat-lamat, lalu melangkah maju yang membuat kedua anaknya spontan mengambil dua langkah mundur, "Kalian dengar bukan apa yang dikatakan oleh kakek sialan kalian itu?" tanyanya.
"I-iya ayah, kami dengar" Jeongwoo angkat bicara, ia cukup tahu bahwa Haruto tak akan sudi membuka suaranya untuk sang ayah. Begitulah cara mereka saling melindungi satu sama lain, jika Haruto akan rela menyerahkan tubuhnya untuk melindungi Jeongwoo maka Jeongwoo akan menjadi mulut Haruto demi menyelamatkan keduanya dari amukan sang ayah.
Hanbin makin maju sampai si kembar benar-benar terpojok di sudut ruangan. Pria itu menarik kasar Jeongwoo yang masih berlindung di balik tubuh tegap Haruto. Ia lalu mencengkram erat masing-masing bahu dari anak kembarnya dan menatap keduanya secara bergantian. Pria itu bahkan tak akan peduli jika keesokan harinya akan tercipta lebam di bahu keduanya.
"Di antara kalian berdua, harus! Harus ada yang bisa mendapatkan posisi direktur utama itu. Buktikan pada si tua bangka bau tanah itu kalau kalian berdua berhak dan mampu. Mulai sekarang, kalian berdua akan saling berkompetisi, siapapun yang mendapatkan nilai di bawah sembilan puluh lima akan ayah hukum"
"Ta-tapi ayah, sembilan puluh lima itu nilai yang cukup tinggi" sahut Jeongwoo sambil melirik takut-takut pada sang ayah.
Hanbin terkekeh sinis membuat Jeongwoo menundukkan kepalanya dalam, "Sembilan puluh lima, tinggi katamu Kim Jeongwoo? Ayah sudah cukup berbaik hati tidak menjadikan nilai seratus sebagai patokannya karena ayah tahu kalian masih terlalu tolol untuk mendapatkan nilai sebesar itu. Jadi, Kau masih mau menolak kemurahan hati ayahmu ini?"
"Ti-tidak ayah, maafkan Jeongwoo"
"Sekarang setiap pulang les, kalian akan belajar dengan ayah. Waktu istirahat kalian hanya hari Minggu, itu pun hanya ketika malam karena sehabis sarapan pagi kalian harus kembali belajar. Kau Jeongwoo, Kau bisa mendapatkan point plus dengan cara mengikuti berbagai olimpiade. Jangan sampai kalian mengecewakan ayah, kalian paham?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kingdom
FanfictionApakah kekuasaan lebih penting di atas keluarga? - Orang lain berpikir menjadi bagian dari Devian merupakan suatu anugrah yang diberikan oleh Tuhan. Tetapi bagi Yedam, Doyoung, Haruto, Jeongwoo juga Junghwan menjadi bagian dari Devian merupakan kutu...