chapter 2 - Dua mata empat

1.1K 26 41
                                    

Di malam hari itu, tepat dimana semua orang tengah menikmati dekapan mereka dalam tidur yang nyenyak. Membuang rasa lelah dan kepahitan mereka dalam tidur yang damai.

Di salah satu rumah terlihat jendela yang masih menyala.

Sekarang gadis saat ini, hanya dia yang sedang menikmati malam dengan tubuh yang di leburkan malam. Hanya menggunkan setelan jaket hitam dan sebuah syal putih, gadis itu terlihat sedang mengamati sesuatu dengan pupil matanya yang bulat.

Mengambil beberapa peralatan sederhana, dia mencampurkan lem cair yang dia beli seharga 20 ribu rupiah dari toko yang tak jauh dari rumahnya.

Menuangkan lem itu kedalam wadah kecil kemudian mengambilnya dengan sunduk sate, dia melakukannya dengan nafas tertahan dan rasa kehati-hatian yang besar.

"Sepertinya... berhasil ?"

Dia mengatakan itu ketika merekatkan ujung kacamata satu dan satunya sembari perkataannya bersama doa.

Kacamata ini adakah kacamata yang dirusak oleh Akasaka dan gengnya pagi itu, dia tidak ingin mengingat kejadian itu yang membuat hatinya merasa sakit.

Tapi dia tidak punya pilihan selain menerima perlakukan mereka.
Setidaknya dia masih baik-baik saja, rasanya.

Kacamata ini memang sudah tua sama seperti yang Akasaka katakan tapi Arisu tidak ingin menggantinya dengan kacamata lain meskipun dia punya dua kacamata cadangan. Bukan berarti dia tidak ingin membeli kacamata baru atau mengalami kesulitan uang. Jujur saja uang saku miliknya tidak serendah atau sedikit itu jika hanya untuk membeli sebuah kacamata, terlebih lagi orang tuanya bekerja sebagai buruh pabrik yang cukup besar di kota Tokyo dan bayaran mereka juga lumayan, jadi alasan kenapa dia tidak mengganti kacamata kuno dan rusak itu bukan karena masalah finansial.

Di jalan sebelum stasiun ada toko kacamata yang menjual berbagai merek dan model terkini tapi, kacamata kuno ini adalah pemberian neneknya jadi Arisu memiliki kewajiban untuk menjaga dan merawatnya.

Sebagai kenangan terakhir yang diberikan neneknya.

"Ya. Berhasil.... "

Meletakkan kacamata itu dengan rasa kehati-hatian yang besar.

Tanpa dia sadari jam telah menunjukkan pukul 12 malam.

Waktu berlalu begitu cepat.

Arisu melihat jam di tangannya dan karena itu matanya menangkap sebuah gelang yang dengan indahnya melingkar di tangannya.

Wajahnya seketika menjadi panas intens.

Gelang yang diberikan Genji. Bukan gelang yang mahal karena didapatkan dari hadiah game canter, tapi setidaknya.

'Aku mendapatkan gelang ini selama 4 jam'

Gelang ini memiliki makna yang besar.

Tanpa disadari Arisu mulai membayangkan bagaimana kehidupan yang dia jalani bersama Genji.

Dia mungkin msih bermimpi dalam mimpi malam yang tiada akhir. Dalam mimpi itu dia mendapatkan sebuah keajaiban yang begitu indah, seseorang telah menerima dan menjadikannya sebagai seorang kekasih. Sebuah mimpi yang menjadi dambaan setiap orang.

Gadis yang kasmaran, gadis pubertas, apapun itu... semuanya adalah mimpi yang indah untuk dikenang.

"Apa yang sedang Genji lakukan sekarang,ya?"

Didalam hatinya yang dalam, sebuah perasaan yang begitu murni dan jujur, membawanya kedalam mimpi seorang gadis kasamaran.

Aku ingin bertemu Genji sekarang. Tapi... aah, ini sudah larut aku harus tidur sebelum ayah dan ibuku memarahiku, apalagi Mio pasti akan ngomel jika aku terlalu berisik diakan di sebelah ku.

Arisu-chan no sekai toshokan -Hidoi matawa subarashī 3ttsu no ningen no tokuchō?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang