Part 10 || Gelisah

363 214 283
                                    


Budayakan follow sebelum membaca!!

"Percayalah, ketika orang yang kau kagumi tidak dapat kau lihat. Padahal dia sering berada di tempat itu, disaat itulah kau mulai gelisah dan mencari keberadaannya," Fadlill Althafurrahman.

____________________

Disisi lain, seorang lelaki terlihat sedang mencari seseorang. Dia mencarinya di berbagai tempat, perpustakaan, kantin, taman, lalu ia menghampiri kelas 10 MIPA¹. Tetapi tetap saja, dia tidak dapat menemukan seseorang yang sedang ia cari itu.

"Kemana aku harus mencarinya? Sudah dua hari aku tidak melihat Putri, apa dia sakit? Kalo aku tanyakan pada Farel, entah apa yang akan dia pikirkan nanti. Untuk apa aku mencari adiknya? Itu pertanyaan yang sudah pasti akan ia tanyakan padaku. Ah .... Bagaimana ini?" Fadlil terus saja gelisah, entah mengapa dia sangat khawatir dengan keadaan Putri saat ini.

Oh tidak .... Apakah ia sudah benar benar jatuh hati? Baru tidak melihatnya 2 hari, dia sudah seperti orang yang kehilangan arah.

Farel yang melihat sahabatnya itu kelihatan sangat berbeda dari hari-hari sebelumnya juga ikut khawatir. Ia takut kalau sahabatnya itu kenapa-napa.

"Fad, kamu kenapa kok kaya cacing kepanasan gitu?" goda Farel.

Fadlil yang mendengar itu pun langsung menoleh, "Eh, iya Rel. Aku nggak kenapa-napa, aku ini manusia. Masa kamu samain aku sama cacing," elak Fadlil.

"Lagian siapa suruh kamu mondar mandir nggak jelas gitu, jangan-jangan kamu mikirin cewek yah? Atau mikirin gimana dapetin cewek itu? Hayo ngaku," tebak Farel asal-asalan, namun siapa sangka tebakannya itu memang benar adanya.

Kata-kata Farel itu terdengar begitu pas dengan apa yang sedang ia rasakan sekarang. Tapi dia tidak mungkin mengajak gadis itu pacaran, karena dia sudah tau apa yang akan di jawabnya. Dan dia juga tau, itu akan menjadi sebuah dosa.

"Kamu ini ngomong apa sih Rel?"

"Sini dong jujur, kitakan sahabatan, masa kamu nutupin kek gituan sih dari aku," Farel tetap saja memaksa sahabatnya itu agar mau jujur padanya.

"Eh .... Rel, aku boleh tanya nggak?

"Kamu mau tanya apa Fad, kok kayaknya serius gitu?" selidik Farel penasaran.

Mereka selalu saja menggunakan kalimat aku kamu saat berbicara. Karna mau bagaimanapun mereka harus menggunakan kata yang sopan. Dan itu memang sudah kebiasaan mereka.

"Apasih kamu Rel, aku biasa aja," elak Fadlil, padahal dia sangat sadar. Dia begitu serius bertanya pada sahabatnya.

"Ya udah cepetan, mau tanya apa? 5 menit lagi masuk tuh."

"Kalo boleh tahu, adek kamu kemana? Kok nggak keliatan? Biasanyakan selalu sama kamu Rel datang sekolahnya."

Seketika Farel berdiri dan menatap sahabatnya itu dengan tatapan tajam, "Jadi lo dari tadi mikirin adek gue?" dengan suara yang sedikit keras Farel bertanya. Dan seketika itupun juga kata lo gue itu keluar dari mulut Farel, ia bahkan tidak menyadari kata-katanya.

SEPERTIGA MALAMKU (Revisi Sementara) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang