Part 10

579 43 4
                                    

Paginya Arsel sudah siap dengan seragam sekolahnya, bagaimana dengan keadaannya? Alhamdulillah setelah meminum obatnya keadaannya lebih baik tapi wajah itu tetap pucat pasi

Bi Fatma sempat melarang Arsel untuk sekolah tapi lagi-lagi nama Danu menjadi alasan bi Fatma juga tidak mau ambil resiko atas itu, mau tak mau harus mengiyakan

Setibanya di kelas Arsel langsung mendapatkan tatapan tajam dari Renan

"Ngapain sih bang natapnya gitu banget?"

"Kata bibi lo sakit? Ngapain sekolah sih?!"

"Bibi boong tuh! orang gue sehat gini juga" ucap Arsel

"Eh lo pikir gue gatau gimana elo, ikut gue!" Renan kemudian melangkah keluar kelas

Arsel pun mengikuti kemana Renan pergi, Renan itu benar-benar seperti perempuan jika tidak dituruti akan panjang urusannya, ngambekan.

"Lah lo sakit bang?" ucap Arsel setibanya di tempat itu

"Ck, masuk aja napa sih" Renan kemudian membuka ruangan itu

"Sekarang lo tiduran, gue beliin bubur dulu"

"Lah gue ga sakit abang" Renan kemudian meletakan tanganya ke dahi Arsel "kaya gini apa namanya ha? Badan lo anget"

"Lah kalo dingin mati dong?!" Arsel masih saja bercanda padahal sedari tadi ia menahan pusing

Renan kembali menatap tajam Arsel, melihat itu Arsel mau tak mau harus menurut  lagian memang dia juga masih mengantuk

Bagaimana tidak Arsel hanya tidur beberapa jam, ia juga merasa tidak enak dengan Bi Fatma karena merawatnya,  Bi Fatma harus terlambat bangun

"Gitu kek dari tadi, gue beli makan dulu jangan kabur"

"Iyaaaaa"

Selepas kepergian Renan, Arsel sedikit memijat pelipisnya hingga ia merasa mengantuk dan tak lama setelahnya ia terlelap

Tak lama Renan kembali, tak lupa dengan nampan yang berisikan bubur dan segelas teh hangat

Melihat Arsel yang terlelap begitu damai membuatnya tak tega untuk membangunkannya tapi mau bagaimanapun Arsel juga harus makan

Renan mengusap lembut kepala Arsel "No bangun makan dulu nanti tidur lagi gak papa"

Sang empupun sedikit membuka matanya, pandangannya lagi-lagi memburam ia kedipkan matanya berkali-kali dan beruntung netra itu kembali normal

"Aiss bang ga ada menu lain apa? Perasaan ada yang jualan mi ayam deh" ucapnya begitu melihat nampan berisikan bubur

"Baru bangun bawel banget udah makan aja"

Arsel mau tidak mau terpaksa harus mengambil alih nampan tersebut, Renan tersenyum melihat pemandangan didepannya entahlah rasanya melihat Arsel semua bebanya bisa berkurang dan hilang begitu saja

Renan terus memandangi Arsel, lagi-lagi banyak pertanyaan yang menjalar di otaknya tapi terpaksa harus ia urungkan mengingat ucapan bunda tempo hari

ARSELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang