Pukul 04.00 sore Arsel memutuskan untuk kembali kerumah, sebenarnya alasan Arsel menginap hanya sedang tidak ingin menambah luka di tubuhnya kemarin Arsel benar-benar merasa lemas.
Dirasa tubuhnya sudah lumayan normal Arsel memutuskan untuk kembali kerumah setidaknya jika mendapatkan pukulan dari ayah atau kakaknya dia masih bisa untuk bangkit
Saat membuka pintu rumah yang pertama ia dengar adalah suara kakaknya yang membuat Arsel harus menghentikan langkah
"Tau jalan balik juga lo, udah enak padahal kemarin ga ada elo"
"Ada ato enggaknya aku emang kelihatan di rumah ini? Yaudah kenapa harus protes" entah keberanian dari mana ia bisa berkata demikian
"Wahh ngilang sehari aja lo udah songong banget ya, dapat kenalan preman dari pasar mana lo"
Arsel memilih untuk tidak menggubris omongan kakaknya dan dia memutuskan melangkah menuju kamarnya namun baru dua langkah
Bughhhh
Abin dengan cepat memukul rahang Arsel.
"Brengsek! berani banget lo pergi sebelum gue kelar ngmong"
Bughhhhh
Abin kembali memukul tapi kini giliran pipi kanan Arsel hingga membuat bercak darah di sudut bibirnya
"Ini buat lo karena udah berani jawab omongan gua"
Dan masih banyak lagi pukulan yang Arsel dapat, Arsel tidak bisa membalas apapun karena dia membalaspun akan membuat kakaknya lebih murka dan Ayolah bahkan Arsel tidak bisa bela diri sedikit pun.
"Ini ada apa sih" suara Danu yang keluar dari ruang kerjanya yang sontak membuat Abin menghentikan aktivitasnya
Lalu atensi Danu jatuh kepada Arsel yang kini tersungkur di lantai
"Kamu itu ya pulang-pulang udah bikin rumah kacau aja"
"Kemana aja kamu? Mau jadi preman ga pulang-pulang sebenernya ga pulang pun saya juga tidak peduli"
"Maaf pa tapi Arsel cuma nginep di rumah Renan" Jawab Arsel sembari mencoba bangkit walau merasa tulangnya seperti patah
"Oh anak kurang ajar yang tidak tau sopan santun itu"
Mendengar itu seketika membuat Arsel murka ia tak apa jika harus di hina tapi tidak jika itu menyangkut orang yang sangat berharga dalam hidup Arsel
"Jaga omongan papa dia anak yang baik, papa boleh hina aku tapi jangan sekali-kali papa hina Bang Renan"
"Oh jadi kamu ngebantah saya"
"Anak gatau diri emang dia pa" saut Abin
"MULAI SEKARANG SAYA BERHENTI BUAT NAFKAHIN KAMU BIAYA SEKOLAH DAN MAKAN KAMU CARI SENDIRI ANAK GATAU DI UNTUNG!"
'bukanya dari dulu emang aku nyari makan sendiri'
Setelah mengatakan itu Danu dan Abin pun memilih untuk meninggalkan Arsel, senyum miring jelas terlihat di bibir Abin.
"Makanya gausah belagu" ucap Abin tepat di telinga Arsel dan kemudian pergi dengan perasaan bahagia tentunya
Arsel memutuskan untuk bergegas ke kamar badanya sungguh lelah di tambah pusing itu hadir lagi bahkan sejak pertama kali mendapat pukulan dari kakaknya.
Sesampainya di kamar Arsel seperti biasa untuk segera membersihkan badan ah mandi dengan goresan luka lagi tapi tak apa setidaknya ia tidak mendapat luka cambukan hari ini
Setelah selesai dengan acara mandi kini Arsel beralih pada tumpukan buku iya, dia harus belajar apapun masalahnya bagaimana pun kondisinya ia harus tetap belajar karena hanya itu cara agar papanya merasa bangga ah iya kini dia harus mencari cara bagaimana dia harus mengghidupi dirinya untuk kedepan
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSEL
Fiction généraleAku melindungimu tapi kalian menyiksaku Tidak apa ku anggap ini ajaran bagiku darimu Aku membisu karena melindungimu Sekali lagi tidak apa _______ Update sesuai mood hehe :v