Setelah seminggu Arsel di rumah sakit kini ia diperbolehkan pulang dengan cacatan harus lebih menjaga diri dari sebelumnya
Dan selama seminggu itu pula keluarga Genta lah yang merawat Arsel, Danu benar-benar tidak peduli ah bahkan Arsel berada di Rumah Sakit saja mereka tidak ada yang tau
Arsel juga tidak mempermasalahkan itu ia terlalu sadar posisinya di keluarganya itu seperti apa, sekarang saja ia sangat bersyukur karena masih ada yang merawatnya.
Tak hayal terkadang ia sedikit sebal semenjak tahu kondisi Arsel, Renan begitu protektif kepadanya, tidak boleh ini tidak boleh itu bahkan hal sepele saja tidak boleh, Arsel jadi geram sendiri tapi, tidak bisa ia pungkiri Arsel menyukai kepedulian itu, rasanya benar-benar bersyukur.
"No lo nanti mau tidur di kamar tamu apa mau tidur bareng gue?" ucap Renan yang kini tengah memindahkan baju Arsel kedalam Ransel
Arsel yang semula memainkan kakinya tiba-tiba berhenti "Bang gue mau pulang ke rumah aja"
Renan mendengarnya sangat tidak suka bisa-bisanya dia ingin kembali ke rumah itu bahkan disebut rumah saja tidak pantas
"Gue ga habis fikir sama jalan pikiran lo, bisa-bisanya lo mau balik ke rumah neraka itu"
"Bang sejahat apapun mereka sama gue, mereka tetep keluarga gue, mau rumah itu kaya neraka tetep aja itu tempat buat gua pulang"
"No, plis lo ikut sama gue"
"Ga bisa bang gue harus pulang"
"Terus kalo pulang lo bakal balik kesini lagi Lino, kenapa lo ga ngerti sih!?"
Melihat Arsel dengan banyak luka adalah hal yang paling menyakitkan apalagi jika penyakit itu mulai kembali bereaksi, melihat banyak darah keluar dari hidung Arsel saja ia lemas sendiri bagaimana bisa ia mengizinkan Arsel merasakan itu untuk kedua kali, tidak ia tidak akan pernah mengizinkan
Suara decitan pintu terbuka menyaksikan wanita berpostur tinggi dengan senyum yang manis
Kedua remaja yang sempat beradu argument itupun menoleh, kemudian wanita itu mendekat "Arsel beneran mau pulang kerumah?" tanyanya
"Iya bunda, kangen rumah hehe" jawabnya
Iya wanita itu tak lain adalah Stefany, wanita itupun tersenyum "Oke bunda izinin asal Arsel janji harus jaga diri baik-baik, ketemu bunda ga boleh ada luka lagi, oke?"
Mendengar itu membuat Renan melototkan matanya "Bunda apa-apaan sih?" suaranya sedikit meninggi
"Renan kamu diem dulu" melihat pelototan bundanya membuat Renan terdiam
"Gimana janji?" ucap Stefany lagi
Arsel hanya tersenyum entahlah di tidak berani berjanji bahkan sekarang ia sangat yakin sesampainya di rumah luka kering ini pasti akan mendapat teman baru lagi.
"Terserah kalian aja, bawa barang-barang lo sendiri" Renan kemudian pergi meninggalkan dua insan tersebut
Stefany hanya menggelengkan kepalanya tidak habis fikir kenapa Renan tidak paham juga, alasannya hanya satu Arsel tidak boleh tertekan ia tau betul sejahat apapun keluarganya tidak akan pernah melunturkan rasa sayang dia kepada keluarganya, Stefany tau pasti Arsel juga merindukan keluarganya walaupun ia juga tau bukannya rindu itu akan terobati tapi luka baru yang akan ia hadapi
Ia tidak mau memaksa Arsel untuk tetap tinggal jangan di fikir ia rela jawabannya pun sama dengan Renan ia juga tidak mau Arsel berhdapan dengan keluarga biadapnya, tapi jika terus memaksa Stefany yakin itu hanya akan menambah pikiran Arsel, Entahlah semua begitu rumit mau menetap maupun pergi sebenarnya tidak ada bedanya, bocah enam belas tahun itu akan tetap terluka
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSEL
General FictionAku melindungimu tapi kalian menyiksaku Tidak apa ku anggap ini ajaran bagiku darimu Aku membisu karena melindungimu Sekali lagi tidak apa _______ Update sesuai mood hehe :v