Di pagi yang cukup cerah Arsel sudah siap dengan seragam sekolahnya, ah bahkan ini masih terlalu pagi tapi tak apa memang ini yang Arsel mau, berangkat sebelum semua berkumpul diruang makan sarapan ria tanpa pernah memikirkan kehadirannya, sungguh itu hanya membuat hatinya sakit jadi,mau tak mau iya harus berangkat lebih awal agar tak menyaksikan kejadian itu ya katakan saja Arsel iri dengan semua itu.
"Pagi bi Fatma" sapa Arsel kepada bi Fatma yang kini tengah asyik berkutat di dapur
"Pagi den, mau sarapan dulu?"
"Engga usah bi, aku sarapan di kantin aja"
"Yaudah, tapi harus makan ya den"
Arsel hanya mengangguk, andaikan saja mamanya perhatian seperti bi Fatma pasti ia akan sangat senang tapi Arsel tidak mau terlalu berharap iya sadar akan posisinya saat ini yang hanya pembawa sial untuk mereka.
Seakan mengerti apa yang ada di pikiran anak majikanya itu, bi Fatma hanya mampu berdoa semoga majikanya cepat sadar bahwa yang mereka lakukan salah. Bi Fatma percaya Arsel adalah anak yang baik tidak yang seperti mereka pikirkan.
"Yaudah bi, Arsel berangkat keburu pada bangun bibi jangan cape-cape apalagi sampai sakit nanti aku ga ada temen hehehe" ucap Arsel sembari menyalimi Bi Fatma layaknya orangtuanya sendiri dan memang seperti itu kenyataanya.
"Ati-ati den, jangan pulang malam-malam nanti tuan marah lagi" Arsel hanya tersenyum paham dan mulai melangkahkan kakinya keluar
Kini Arsel sudah bersiap untuk mengendarai montornya. Montor ini adalah hadiah ulang tahun kakeknya sebelum wafat. Iya dulu ada kakeknya yang selalu mendukung Arsel disaat semua membenci Arsel kakeknya lah yang selalu memberi dorongan dan motivasi.
Maka dari itu saat Arsel tau kakeknya telah tiada iya sangat merasa terpuruk dan merasa kehilangan.
Saat setengah perjalanan Arsel merasa sakunya bergetar lantas ia memilih menepi terlebih dahulu dan mengecek ponselnya.
Ternyata Renan lah yang menelfon dan dengan sigap Arsel mengangkat panggilan tersebut.
"Lo kangen banget ye bang, ampe pagi-pagi gini udah nelfon"
"Ck, dimana lo?"
"Dipinggir jalan, kenapa?"
"Buruan jemput gua, mau nebeng"
"Lo nebeng mulu deh bang"
"Montor gue rewel, buruan sini"
"Yaudah tunggu" Arsel akhirnya mengakhiri panggilan tersebut dan langsung menancapkan gas menuju rumah Renan
Sebenarnya montor mogok hanya alasan Renan montornya tidak benar-benar rusak bahkan sehat walafiat, hanya saja ia ingin Renan sarapan pagi ini, ia tau Renan tidak pernah melakukan hal itu dan jika di suruh dia hanya akan menjawab "iya bang nanti" itu cukup membuat Renan geram
Tidak butuh waktu lama Arsel kini telah sampai didepan rumah Renan.
"Syaaaaan keluar" teriak Arsel, namun alih-alih Renan yang keluar malah Stefany yang muncul dari balik gerbang, Stefany adalah bunda dari Renan
"Eh bunda Stefa" Arsel yang terkejut pun hanya bisa menyengir tanpa dosa
"Pagi Arsel, masuk dulu ikut sarapan sama yang lain" ucap Stefany lembut
"Pagi bun, em Arsel nunggu sini aja deh"
"Bunda udah buatin sarapan buat kamu lo sel,masa kamu tega sama bunda" ucap Stefany
"Yaudah Arsel mau" final Arsel merasa tidak enak
"Nah gitu dong, kan jadi tambah ganteng" ucap Stefany sembari mengacak-ngacak rambut Arsel
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSEL
General FictionAku melindungimu tapi kalian menyiksaku Tidak apa ku anggap ini ajaran bagiku darimu Aku membisu karena melindungimu Sekali lagi tidak apa _______ Update sesuai mood hehe :v