Setelah sesi pijat yang mana malah keblablasan main kuda kudaan, Rava menyudahi memainkan MWU. Setidaknya, Rava ingin mengisi perutnya. Karena, tubuh akun kedua ini bukanlah seorang kultivator maupun tubuh penyihir.
Hanyalah manusia biasa.
Beranjak berdiri sambil merenggangkan tubuhnya dari kursi game khusus VVIP PREMIUM membuat Rava tak merasakan efek samping kram ataupun pegal karena duduk seharian.
'Kurasa lebih baik makan direstoran. Terus nantinya berburu darah. Aku ingin mencoba, Artefak Darah Iblis ini bagaimana cara kerjanya.' Rava memang agak penasaran dengan cara kerja Artefak yang mana tak diketahui tingkatannya. Namun, itu hanyalah pandangan orang orang yang tak berpengetahuan luas.
Hanyalah orang yang hidup sebelum zaman Primordial terlahirlah, yang dapat memahami tingkatan Artefak Darah Iblis ini. Tentunya Rava juga mengetahui ketingkat berada Artefak ini. Namun ia tak menunjukkannya.
Rava mengambil pakaian casual serta olahraga. Yang nantinya, pakaian kasualnya untuk makan direstoran dan olahraganya untuk berburu darah. Entah itu hewan ataupun manusia.
Akhirnya, Setelah semua persiapan telah selesai, Rava berjalan keluar menuju garasi tempat motornya berada.
Tak seperti biasanya, garasi ramai akan kendaraan pria hidung belang. Hanya menyisakan motol KLX Rava yang terparkir dengan indah nan menggelegar. Akibat tampilannya berwarna hitam penuh dengan coret coretan merah.
Pakai helm yang menggantung di stang motor dan mulai menghidupkannya.
*ngennnngggg..
Ketika Rava sudah didepan garasi, Terlihat, Erica temen sebelah kosnya keluar dari kos dan melihat dirinya ingin keluar.
''Rava-san, apakah kau ingin keluar?.'' Sopan Erica menyapa dan menanyakan pada Rava.
''Ya Eri-tan. Aku ingin keluar makan direstoran. Yah sesekali juga pengen makan di luar.'' Sebutan Rava saat memanggi Erica dengan singkat ditambah -tan membuat Erica malu dan memalingkan wajahnya.
''Ja-jangan memanggilku dengan seperti itu, Rava-san.'' Akhirnya, Erica mencoba menjauh karena malu dengan Rava.
''Baiklah baiklah. Erica-san, kau mau kemana?.'' Rava akhirnya mulai serius dan tersenyum lembut dan menatap lembut dibalik penutup matanya.
''Aku hanya ingin pergi ke mall, Rava-san. Aku ingin membeli ponsel baru karena ponselku jatuk kedalam bak mandi.'' Malu Erica mengatakan hal tersebut.
Rava hanyalah tersenyum semestinya dan mulai mengajak Erica untuk mengantarnya menuju mall. ''Erica-san, apakah kau mau kuantar dengan motorku?.''
''Baiklah Rava-san. Aku menerima ajakan mu kok.'' Akhirnya, Keduanya elakukan perjalanan bersama dengan motor Rava.
Dalam perjalanan, tak banyak keduanya berbicara. Karena, mamng keduanya tak begitu mengenal satu sama lain. Dengan kata lain, kudanya jarang berbicara. Walaupun Rava seringkali berbicara dengan nada lelucon, namun dia memang tak berusaha mendekati ataupun menjauhi Erica.
''Rava-san, tolong kemall V-mall aja.''
''Baik Erica-san.'' Rava mempertambah laju motornya membuat secara reflek, Erica melingkarkan tangannya ke perut Rava.
Rava merasakan sensasi kenyal dan lembut dipunggungnya. Tau betul dia apa yang dirasakan. 'Mengambil kesempatan dalam kesempitan, kah. Ini membuatku gila dan bukanlah prinsip hidupku.' Membatin dengan tersenyum masam Rava sambil mempertambah lagi laju kecepatannya.
15 menit berlalu. Akhirnya, mereka berdua telah sampai ke V-mall. Mereka berhenti di depan mall dan turun dari motornya. Namun, tidak dengan Rava.
''Erica-san. Berapa lama kau aka di mall?.'' Rava menanyakan hal itu karena ingin menjemputnya dan mengantarkannya pulang, bila Erica dimall cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Strongest Who Has no Feelings.
ActionDia adalah sosok yang tak ada. Bukan berarti,keberadaannya tidak ada,melainkan seharusnya tak akan pernah ada. Dengan sebuah kemampuan 'limitless imagination' dia bisa menciptakan apapun tanpa batas. Tak perlu baginya untuk mengetahui proses pembuat...