.
.
."Semenjak hari terakhir Klub 513 melakukan kegiatan, aku menghitung jumlah orang yang sudah aku bunuh. Yaitu tiga puluh orang. Walau Sunwoo memiliki jumlah korban yang jauh lebih banyak, tetap saja itu adalah aib tersendiri bagiku yang mengenakan snelli dokter ini. Aku terkadang masih jijik melihat pantulan ku di depan cermin, bahkan aku masih sering muntah karena bayanganku yang penuh darah orang lain itu kembali terlihat di jangkauan pandangku.
Hanya Lia dan Ners Jungwoo yang mengetahui latar belakangku disini, dan mereka menutup rapat mulut mereka. Namun terkadang aku masih begitu cemas jikalau teman teman baruku mengetahui betapa busuk masa laluku. Aku rasa ini hanya masalah waktu, karena akhir akhir ini, hal yang aku kira merupakan dampak dari keterlibatan ku dengan komplotan Mafia kembali terlihat.
Awalnya hanya sindiran lewat media sosial, dan itu tak berdampak pada kehidupanku sebagai seorang dokter muda yang tengah menyelesaikan stase terakhirnya. Namun, ketika aku tau jika Eunbin terlibat dengan mereka, aku menjadi sangat cemas. Bagaimana jika orang orang itu membalas dendam padaku dengan menyakiti orang orang yang aku cintai?
Aku kira, aku masih bisa menahannya, aku kira aku masih bisa menanganinya sendiri dengan kepala dingin. Namun setelah Eunbin dibunuh.. mereka membuatku ketakutan. Bukan ketakutan atas apa yang mungkin akan mereka lakukan padaku selanjutnya, namun lebih kepada ketakutan bahwa aku akan hilang kendali dan membunuh mereka-menambah daftar dari orang orang yang sudah aku bunuh."
:
Semua dimulai sekitar satu bulan lalu :
Hari ini aku memiliki janji dengan salah satu Dokter Spesialis Pediatri yang akan melakukan tindakan operasi pada anak berumur 3 tahun yang mengidap Neuroblastoma. Hari ini bermula dengan sangat normal, aku bangun pagi buta, memasak sarapan untuk Nana dan segera bersiap untuk berangkat ke Rumah Sakit.
Sampai di rumah sakit, aku bertemu dengan Eunbin. Aku menyapanya seperti biasa dan dia tersenyum sambil mengangguk. Aku melakukan pekerjaanku seperti biasa, mengikuti para residen, mengamati, atau lebih tepatnya menjadi tikus dibalik selimut.
"Jin, lu kayak princess." Tawa Sanha ketika dia bertemu denganku di salah satu bangsal rumah sakit dengan rambut yang dikuncir dua dan jepit rambut warna warni. Anak anak perempuan itu yang membuatku menjadi seperti ini, mereka bilang rambutku bagus dan lembut, jadi mereka mendandani ku.
"Iya, besok gua debut di film Disney." Balasku.
"Hooh, jadi selirnya orangutan." Jawab Sanha dan aku melemparkan sepatuku padanya.
Kedatangan Sanha ternyata bukan iseng atau alasan konyol lainnya, dia mengajakku untuk makan siang dan aku mengikutinya setelah membujuk anak anak itu untuk melepaskanku. Sebagai anak koas yang tidak dibayar, aku harus pintar pintarnya untuk menghemat pengeluaranku, terkadang aku sangat kesal ketika harus kelaparan atau menahan diri untuk tidak membeli makanan yang ingin aku makan karena harus berhemat ketika jumlah asuransi jiwaku saja bisa digunakan untuk membayar hutang negara.
Setelah penculikan yang berujung hampir dijualnya aku pada orang orang kaya tanpa akhlak, Sunwoo membawa asuransi jiwaku bersamanya, anak itu bilang jika aku butuh uang aku hanya perlu menghubunginya dan meminta berapa nominal yang aku butuhkan. Namun, setelah kejadian naas yang menimpanya, aku takut untuk sekedar menanyakan kabarnya, bahkan, kalaupun aku tau jika Sunwoo sudah kembali dari Kairo dan menjadi abdi pada pondok pesantren nya, aku tak mampu mengatakannya pada Nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | Universe | Ep.4 : Abrisam
FanfictionHyunjin : "Baru kali ini gua nemuin manusia yang belum diperiksa tapi diagnosis-nya udah positif kegoblokan." * Romeo Hyunjin Abrisam hanya menginginkan kehidupan normal seperti milik orang lain, dia hanya ingin segera menyelesaikan stase terakh...