5. Romeo, Not Hyunjin

2.6K 940 91
                                    

.
.
.

    Terhitung sudah dua bulan semenjak Hyunjin menetap di salah satu apartemen murah di pusat kota Moskow. Hyunjin bangun pukul tiga pagi, dia harus menunaikan sholat, dan waktu sholat subuh di Moskow adalah pukul 03:44 pagi. Setelah selesai dengan urusan ibadahnya, Hyunjin duduk di atas kasurnya dan membuka sebuah buku yang sangat membantunya menambah kosakata bahasa Rusia nya.

    Ya, Hyunjin mau tidak mau harus belajar bahasa Rusia. Walau dia bisa berbahasa Inggris, dia tidak mau mendapat tatapan rasis beberapa orang yang menganggapnya kuman dari Asia karena tak bisa berbahasa Rusia. Hyunjin emang pernah berulang kali pergi kesana untuk misi, tapi dia tak tau bahasa Rusia selain 'terimakasih', 'namaku adalah', 'iya', 'tidak' dan kosakata dasar lainnya.

    Hyunjin belajar hingga pukul setengah tujuh, setelahnya dia bangkit dari kasurnya dan mengambil jaketnya untuk pergi mencari sarapan di dekat apartemennya. Cuaca Moskow selalu dingin, dia tak bisa relate dengan hangat versi orang Rusia.

 
  "Halo, nak!" Sapa pemilik restoran kecil yang ada di sebrang apartemen Hyunjin menggunakan bahasa Inggris. Wanita tua yang baik, Hyunjin selalu senang memakan makanan yang wanita itu masak.

  "Hari ini dingin bukan begitu?" Tanya Hyunjin basa basi.

    Wanita itu tertawa, "ini sudah dua bulan! Segeralah terbiasa, nak. Kau mungkin akan mati kedinginan jika musim dingin yang sebenarnya tiba."

  "Aku pasti akan mati kedinginan." Balas Hyunjin ikut tertawa.

    Selepas sarapan, Hyunjin melanjutkan perjalanannya untuk pergi ke tempat kerjanya. Ya, alasan Hyunjin harus menambah kosakata bahasa Rusia nya adalah karena dia harus bekerja di tempat yang mengharuskannya berkomunikasi dengan pelanggan dan rekan kerjanya. Well, Hyunjin bekerja sebagai seorang buruh di sebuah pabrik bangunan, agak keluar jalur sama studi dan ketrampilannya, tapi justru itulah tujuannya, dia harus menyembunyikan riwayat studinya dan berlagak seperti seseorang yang tak memiliki riwayat pendidikan tinggi.

    Hyunjin sama sekali tidak mengeluh, dia baik baik saja dengan itu. Dia memang harus seperti itu. Diam menjadi buruh, bergerak menjaring seluruh informasi dari pelanggan dan rekan kerjanya.
 
 
  "Hey, bocah baru!" Teriak salah seorang, "bisakah kau memotongkan beberapa kayu? Telapak tanganku tertusuk kayu, aku akan mengeluarkannya dulu, jadi gantikan aku sebentar."

    Hyunjin yang sebelumnya berdiri di belakang meja kasir lantas beranjak menghampiri orang itu. Bukannya langsung pergi menuju tempat pemotongan kayu, Hyunjin dengan insting tenaga kesehatannya, memegang telapak tangan orang itu.

  "Saya akan mengeluarkan serpihan kayunya." Kata Hyunjin.

  "Tidak usah, aku sudah biasa tertusuk kayu seperti ini." Katanya.

    Hyunjin tetap menggeleng, "kayu ini menancap cukup dalam dan ukurannya besar, akan menyakitkan jika Anda mengeluarkannya sendiri. Saya akan menyayat nya sedikit, dan saya akan menjahitnya."

  "Kau bicara seperti seorang dokter, anak muda." Ucapnya.

    Hyunjin lantas mengumpat pada dirinya sendiri, tapi terlanjur, ya udah.

  "Saya pernah menjadi dokter tentara." Kata Hyunjin.

  "Oh, ya sudah. Aku percayakan padamu, Nak." Katanya.
 
.
 
    Hyunjin pulang kerja lumayan sore, dia memutuskan untuk makan dulu di tempat wanita tua ramah itu. Dia masuk ke dalam restoran kecil itu dan berjalan ke arah tempat duduk yang biasanya Hyunjin tempati. Hyunjin selalu sendirian di meja yang sebenarnya disediakan untuk 4 orang itu, namun kali ini, ada seorang gadis dengan pakaian terbuka yang tampak lebih muda darinya itu duduk di sana.

[✔] Klub 513 | Universe | Ep.4 : AbrisamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang