.
..
Sampai di TKP, Morgan sambil membuka hasil otopsi kesebelas korban mulai mengamati dan membuat skenario pembunuhan yang terjadi kemarin malam. Matanya menelisik sana sini sembari otaknya yang bagaikan alat pemutar film terus bekerja.
"Setidaknya, ada dua sampai tiga orang yang membunuh mereka." Kata si polisi, "semua CCTV dibajak oleh salah seorang dari mereka, jadi kami buta. Jika ini perebutan kekuasaan, Tuan Fyodor pasti akan mengikatnya di sebuah kuda yang akan membawanya berlari mengelilingi padang salju Serbia."
"Aku ingin semua rekaman CCTV dalam radius tujuh blok dari tempat ini dikirimkan padaku secepatnya. Aku harus memeriksa siapa yang lalu lalang di jalan ini kemarin malam. Perjalanan udara yang aku alami sangat menyebalkan dan aku ingin fokus sehingga aku bisa bekerja dengan cepat. Kematian kesebelas anak buah bajingan Mr. Fyodor ini telah mengganggu bisnis beliau. Terutama oprasi pencarian seorang keturunan Rostislav yang pernah ia temui dengan nama Erwin, baik Mr. Fyodor dan lainnya belum pernah melihat wajah mafia rendahan ini, jadi, setelah ini selesai aku hanya ingin mengabdikan diriku mencari orang ini dan memenggal kepalanya untuk Mr. Fyodor." Morgan menjelaskan.
"Aku dipanggil kemari untuk memberitahu apa yang harus kalian lakukan, oke? Jadi aku tak mau ada penolakan ataupun hambatan apapun dari kalian. Bekerjalah dengan cerdas, kita tak menghindari kejaran polisi atau apapun itu," Morgan menunjuk seorang polisi yang merupakan sekutunya itu, "hanya satu hal, jangan sampai Pratabrama mengetahui hal ini."
.
Hyunjin duduk di atas kasurnya di apartemen sambil memelototi kertas yang dia curi dari perpustakaan itu. Hyunjin perlahan menulis beberapa huruf yang bisa dia baca dan akan menyusunnya nanti. Ketika sedang asiknya menyusun huruf acak itu, Hyunjin menyadari jika sekarang sudah sangat larut malam. Tak ingin terlambat bekerja ataupun menurunkan performa kerjanya besok dia menyimpan kertas itu di dalam laci mejanya dan bergegas tidur.
Esok paginya, Hyunjin pergi bekerja seperti biasa. Mengurusi ini itu sambil tersenyum menunjukkan keramahan yang dia miliki. Namun ditengah kesibukannya, dia tak bisa menemukan salah salah seorang kawannya yang selalu menerjemahkan bahasa Rusia yang tak Hyunjin mengerti untuknya. Ketika makan siang, Hyunjin menuju ke ruangan Boss nya untuk menanyakan keberadaan kawannya itu.
"Maaf mengganggumu, Tuan Ivan." Kata Hyunjin menyembulkan kepalanya di sela jendela ruangan itu.
"Jangan muncul seperti hantu begitu, Romeo. Apakah kau sudah lupa cara menggunakan pintu dengan baik dan benar?" Balas Boss nya sambil memegangi dadanya karena mendapat jumpscare dari anak buahnya itu.
"Apakah Aisha tidak masuk hari ini?" Tanya Hyunjin.
Ivan menaikkan bahu, "dia bilang dia berhenti. Aku tak mengerti maksudnya, namun aku yakin dia tak benar benar ingin mengatakan itu."
Hyunjin melebarkan matanya, "dia berhenti?"
"Aku mendapat pesan suara darinya subuh tadi, namun aku baru sempat membukanya beberapa saat lalu sebelum kau muncul seperti hantu." Balas Ivan.
Setelah Hyunjin berterima kasih kepada Ivan, Hyunjin dengan cepat memutuskan jika pulang kerja nanti dia harus pergi ke ruma Aisha yang berada tak jauh dari toko bangunan tempat mereka bekerja ini. Singkat waktu, Hyunjin menyelesaikan pekerjaannya hari ini dan segera pergi ke rumah Aisha.
Hyunjin berhenti di depan sebuah toko roti bernama Aisha's Bakery, mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam sana walau di kaca toko tersebut terdapat tanda CLOSED.
"Maaf, kami tutup hari ini—" Aisha yang mendapati keberadaan Hyunjin lantas meletakkan sapu yang dia pegang dan menghampiri Hyunjin, mengira jika kawannya itu memerlukan suatu bantuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | Universe | Ep.4 : Abrisam
Fiksi PenggemarHyunjin : "Baru kali ini gua nemuin manusia yang belum diperiksa tapi diagnosis-nya udah positif kegoblokan." * Romeo Hyunjin Abrisam hanya menginginkan kehidupan normal seperti milik orang lain, dia hanya ingin segera menyelesaikan stase terakh...