Bab 8

39 1 0
                                    

Paginya Vivi sudah siap untuk berangkat sekolah, ia juga sudah sarapan roti sebelumnya. "Non mau berangkat sekarang?" Tanya Pak Su "Iya pak, takut kena macet." Vivi berjalan ke luar rumah,"Baik non." Pak Su menyusul Vivi dan berjalan di depannya, agar ia bisa membukakan pintu mobil untuk majikannya itu. Tapi bukannya masuk, Vivi justru berjalan melewati mobil.

"Eh non mobilnya di sini loh bukan di sana, Non Vivi kelewatan." Pak Su berusaha memanggil Vivi, "Iya pak tau, Vivi mau naik angkot aja!" Vivi sedikit berteriak, "Ya ampun Non Vivi, punya mobil mewah malah mau naik angkot. Orang kaya emang suka aneh." Pak Su bermonolog.

Tak lama menunggu angkot yang ditunggu Vivi akhirnya datang. Ia langsung naik ke dalam, penumpang angkot itu rata-rata anak sekolahan, tapi ia tidak menemukan anak yang satu sekolah dengannya. Tentu saja tidak ada, karena harga diri mereka bisa turun jika naik angkutan umum terlebih angkot. Baru sehari sekolah di sana, sedikit banyaknya Vivi tahu jika orang-orang di sekolah barunya itu sangat mengutamakan gengsi. Yaa seperti, semakin kaya lo semakin lo disegani. Seperti hukum rimba saja.

Saat sedang asyik melamun angkot itu perlahan berhenti, Vivi melihat ke luar ia belum sampai ke sekolah, dan ternyata angkot itu berhenti karena ada penumpang baru. Vivi refleks melihat ke pintu saat orang itu masuk, Vivi terkejut karena penumpang baru itu adalah teman sekelasnya, bahkan itu teman semejanya. "Hai" sapa Vivi tapi cewek itu hanya diam, ia tidak menyahut bahkan memalingkan wajahnya, ia juga segera duduk tanpa menghiraukan Vivi.

Melihat itu Vivi hanya mendengus, "lagi-lagi gue dikacangin" batin Vivi. Angkot kembali berjalan, dan mereka telah sampai di SMA ARWANA. Cewek itu turun duluan, ia berlari kecil meninggalkan Vivi yang masih membayar ongkos. Vivi mengangkat bahunya, melihat tingkah Anek temannya itu. Tapi Vivi yakin setiap orang pasti punya alasan atas sikap mereka. Vivi memutuskan untuk segera ke kelas, Vivi berjalan dengan santai, tapi ia mulai risih dengan tatapan orang disekitarnya.

"Dia naik angkot ke sekolah?" "Iyuhhh dia orang miskin ya?" "Amit-amit deh temenan sama dia." Begitulah kira-kira bisikan yang Vivi dengar dari penghuni alam gaib, eh maksudnya dari penghuni sekolahnya. Vivi mengangkat bahunya, "gue bawa mobil mewah ileran lo semua!" Batin Vivi, ia tetap berjalan sambil menyumpel telinganya dengan AirPods. Vivi memang sangat menyukai musik, cewek cantik dengan hidung mancung dan bibir tipis itu memang sangat menyukai musik.

Bukan hanya suka musik, Vivianne juga memiliki suara yang merdu. Tapi ia bukan tipe orang yang akan bernyanyi sepanjang hari. Vivi memang gadis yang sulit ditebak, terlalu banyak rahasia dalam hidupnya.

Vivi masuk ke kelas, tanpa basa-basi atau menyapa temannya yang lain ia langsung melempar tasnya ke meja, kemudian menelungkup kan kepalanya di sana. Vivi terbangun saat mendengar suara kursi di sampingnya berderit, tapi Vivi sengaja tetap mempertahankan matanya. Vivi sedang malas dikacangi untuk yang kesekian kalinya.

Saat matanya terpejam, Vivi mengernyitkan dahinya. "Kenapa ni cewek baru nyampe? Kan dia yang masuk duluan tadi." Vivi bertanya-tanya dalam hati. Ia lalu menggeleng, "Itu bukan urusanmu Vivi! Berhenti ikut campur!" Batinnya lagi. Vivi berusaha untuk tidur kembali, tapi suara bel yang menyebalkan mengganggu tidurnya. Vivi menghembuskan napasnya, ia segera berdiri dan mengambil topinya. Vivi kemudian berjalan ke luar tanpa memedulikan teman sekelasnya.

DepressedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang