Vivi sebenarnya tahu jika bedak yang dipakai Secil adalah produk ori, hanya saja ia ingin memberikan pelajaran kepada mereka bertiga. Setelah melempar uang itu, Vivi menarik tangan teman semejanya itu dan pergi ke luar kamar mandi. Ia bahkan lupa tujuan awal ia ke sana, Vivi bahkan menghiraukan luka di lututnya akibat terjatuh tadi.
Sebelum benar-benar ke luar dari sana, Vivi menatap mereka satu persatu. Tatapan yang mengintimidasi, ia melihat Secil yang nyalinya menciut, lalu Meirisa yang terlihat dengan jelas dari raut wajahnya bahwa ia sangat kesal sekarang. Dan yang terakhir.... Vivi melihat teman Secil itu dengan seksama, lalu ia menarik salah satu sudut bibirnya ke atas dan berdecih, hingga akhirnya ia pergi dari sana.
Sedangkan di dalam kamar mandi, Meirisa masih merasa kesal dan marah kepada Vivi. "Berani-beraninya ya tu cewek, awas aja kalo ketemu lagi gue abisin dah tu orang! Sok iya banget." Mei misuh-misuh tak jelas. "Lo bener Mei, padahal masih murid baru udah banyak gaya. Belum tau dia kita siapa." Secil membenarkan perkataan Meirisa.
"Elo juga, ngapain diem aja dari tadi? Hahh?! Biasanya paling banyak bacot lo." Secil membentak temannya itu, "Bener banget, kenape lu? Sariawan? Atau lo takut sama si Vivi Vivi itu?" Mei juga ikut mengintrogasi temannya itu, "Bukannya gitu, gue heran aja dia berani banget ya sama kita." Ia mengelak, "Violetta gue kasih tau nih ya, tu cewek bukannya ga takut sama kita. Dia itu cuma belum tau siapa kita." Kata Secil dengan percaya diri. "Bisa jadi sih." Jawab Vio sedikit gugup.
"Haaaah udah-udah, gue muak kalo bahas tuh cewek songong mulu. Mending kita ke kantin, gue laper banget asli." Mei berjalan mendahului kedua temannya itu. Secil dan Vio hanya menurut dan mengekor di belakang.
_________Vivi membawa teman semejanya itu ke lapangan outdoor sekolah mereka. Vivi berjalan dan duduk di bawah pohon yang ada di sana, cewek itu juga mengikuti Vivi. Cukup lama mereka saling diam hingga, "Makasi karena lo udah nolongin gue." Cewek itu membuka percakapan terlebih dahulu.
Vivi melihat ke arah cewek itu dan tersenyum, "Santai aja karena siapapun tadi yang ada di posisi lo itu pasti gue tolongin." Kata Vivi, "Tapi lo ga seharusnya nolongin gue." Cewek itu terdengar putus asa, "Kenapa? Lo takut gue ikut kena bully? Lo tenang aja, mereka ga bakal bisa bully gue." Vivi berusaha meyakinkan cewek itu.
"Lo ga tau mereka siapa, kekuasaan apa yang mereka miliki di sekolah ini. Gue cuma ga mau jadi beban buat orang lain, lagian gue juga udah biasa kok jadi lain kali lo ga usah nolongin gue." Cewek itu berusaha tersenyum kepada Vivi. Vivi menghela napas, "Sebelumnya gue boleh tau nama lo? Dari kemarin gue tanya nama lo tapi lo diem bae kaya batu." Kata Vivi.
Gadis itu terkekeh kemudian mengulurkan tangannya, "Gue Aruna, Aruna Lobelia." Vivi tersenyum mendengarnya, dan langsung menerima uluran tangan Aruna. Vivi senang, akhirnya teman semejanya itu mau memberi tahu namanya kepada Vivi. "Gue Vivi, Vivianne Lycoris." Jawab Vivi dengan senyum yang tulus.
"Nama lo bagus, btw kayaknya gue tau deh arti nama lo." Kata Vivi dengan mata melebar. "Oyaa?? Apa?" Tanya cewek itu, "Arti nama lo adalah...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Depressed
Teen FictionMasa remaja adalah masa yang sulit. Banyak hal yang tidak sesuai ekspektasi. Bingung, takut, dan cemas menjadi hal yang biasa. Banyak hal yang memengaruhi kesehatan mental mereka. Setiap orang memiliki cerita dan masalah yang berbeda. Pilihannya han...