Vivi berjalan ke wastafel yang ada di samping orang yang mengajaknya bicara tadi. Sedangkan orang itu masih berkacak pinggang mengintimidasi teman semejanya dengan kedua temannya yang lain. Vivi berkaca, lalu ia menunjuk smirknya. Itu artinya Vivi sedang merencanakan sesuatu. Vivi berjalan ke depan cewek itu, dan....
________
Vivi sudah geram dengan cewek sombong itu, Vivi ingin membalas perbuatannya, tapi ia sadar bahwa ia adalah murid baru di sini. Jadi Vivi harus bisa main cantik, dan itu salah satu keahliannya.
Vivi berjalan ke arah cewek gila itu, dan.... "Aduhhh!" teriak Vivi, ia pura-pura kesandung. "Aaaa!" Teriak cewek itu, ia juga mendorong Vivi, dan untungnya tidak sampai jatuh. "Upps sorry ya Secil, gue ga sengaja." Vivi memelas kepada cewek yang ternyata adalah Secil. Ya Secil cewek sombong yang ia temui di supermarket itu.
"Lo apa-apaan sih Vi? Lo tau ga make up gue ini make up mahal!" Secil berteriak kepada Vivi. "Iya nih emang lo bisa ganti make up-nya Secil kalo rusak hah!" Bentak teman Secil. Vivi menyilangkan kedua tangannya, lalu ia menatap Secil dan kedua temannya bergantian.
"Gue jawab satu persatu ya." Kata Vivi, "Pertama elo Sil" Vivi menunjuk Secil tepat di depan wajah cewek itu. "Lo bilang temen semeja gue ini jelek? Ga layak punya temen? Hah?!" Vivi meninggikan nada bicaranya, "Iya emang kenapa? Masalah buat Lo?!" Secil membentak Vivi.
"Ga ada masalahnya juga sih buat gue, but ya lo bilang dia jelek, ga pantes punya temen, sedangkan elo! Lo ngerasa diri lo cantik? Lo ngerasa lo punya banyak temen? Ngga sis, lo ga cantik. Buktinya apa? Saking tebelnya bedak lo itu, gue cuma tempelin tissue pake hand sanitizer aja bedak dempul lo ke hapus. Apalagi pake micellar water, behhh ilang dah tuh kecantikan." Ejek Vivi, "Berani-beraninya ya lo!" Secil menunjuk Vivi dengan jari telunjuknya, Vivi hanya terkekeh dan menurunkan tangan Secil dengan santai. "Kenapa? Lo ga terima sama fakta yang gue kasih tau barusan?" Tanya Vivi, "Dan ya, kalo lo emang punya otak dan perasaan lo bakal sadar kalo sejauh ini ga ada temen lo, yang tulus temenan sama elo."
Vivi tersenyum kepada Secil, sedangkan cewek itu sudah mengepalkan tangannya sejak tadi sampai kuku-kukunya memutih. Lalu Vivi memiringkan tubuhnya ke arah salah satu teman Secil, "Lo, nama lo siapa?" Tanya Vivi kepada cewek itu, "Lo ga tau siapa nama gue? Gue itu orang yang___." Belum selesai ia berbicara Vivi sudah memotongnya, "Lo tinggal jawab siapa nama lo. Ga usah ngebacot." Kata Vivi santai, "Nama gue MEIRISA " jawab cewek itu dengan menekankan namanya.
"Meirisa, nama lo kayak penyihir. But it's ok, gue ga peduli. Lo tadi nanya apa? Gue bisa apa ngga ganti rugi make up si Secil?" Tanya Vivi, "Iya emang kenapa? Lo emang ga mampu kan? Lo itu sama aja kayak cewek jelek nan udik ini, sama-sama miskin. Gue tau lo bahkan tadi satu angkot kan sama ni cewek." Mei mendorong bahu teman semeja Vivi, dan Vivi langsung menepis tangan Mei dengan kasar. "Lo cewek ga usah sok main tangan." Vivi memperingatkan.
"Gue boleh aja turun dari angkot, tapi kalo cuma buat ganti make up dempul majikan lo ini, gue lebih dari mampu. Make up KW aja sok banget." Ejek Vivi, "Lo bilang apa barusan? Bener-bener lo ya, lo beran____." Lagi-lagi perkataan Mei dipotong oleh Vivi, tapi kali ini bukan dengan perkataan melainkan dengan uang. Benar, dengan uang.
Vivi melemparkan uang 500 ribu ke wajah Meirisa. Mei bahkan langsung diam, selama ini tidak ada penghuni sekolah apa lagi cuma murid yang berani kepadanya. "Kenapa diem? Masih kurang? Sorry gue cuma bawa uang cash segitu, lo bisa minta lagi nanti. Tapi nih ya, menurut gue uang itu udah lebih dari cukup buat beli bedak yang ori, upss canda ori." Vivi tertawa mengejek mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Depressed
Teen FictionMasa remaja adalah masa yang sulit. Banyak hal yang tidak sesuai ekspektasi. Bingung, takut, dan cemas menjadi hal yang biasa. Banyak hal yang memengaruhi kesehatan mental mereka. Setiap orang memiliki cerita dan masalah yang berbeda. Pilihannya han...