9

58 12 7
                                    

𝙃𝙖𝙞..
𝙆𝙚𝙩𝙚𝙢𝙪 𝙡𝙖𝙜𝙞 𝙜𝙪𝙮𝙨..

𝙎𝙚𝙡𝙖𝙢𝙖𝙩 𝙢𝙚𝙣𝙞𝙠𝙢𝙖𝙩𝙞 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖
𝘿𝙖𝙣 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙫𝙤𝙩𝙚 𝙣𝙮𝙖 𝙮𝙖𝙖..

Lucy menatap pantulan dirinya di cermin, kini penampilannya sudah lebih baik, tidak seperti sebelumnya dengan Mata sembab, hidung merah,dan rambut yang sangat berantakan.

Lucy diam menerung didepan cermin. Adik macam apa dirinya ini? Bagaimana bisa seorang adik membuat kakaknya jadi seperti itu?. Dia benar-benar adik yang tidak berguna batinnya.

"Tok.. Tok.. Lucy?" Elly mengetuk pintu kamar mandi.

"Masih lama?" Tanya Elly

"Engga bi.. Ini udah selesai" Lucy mempercepat gerakan menyisir rambutnya,lalu segera membuka pintu.

"Maaf Bi lama" Sahut Lucy

"Iya gapapa" Elly tersenyum lalu mengelus kepala Lucy lembut.

"Bibi mau mandi dulu yaa"

"Iya bi.. "

"Oh iya!. Bibi ada es krim di kulkas, kalo mau makan aja yaa" Sahut Elly sebelum akhirnya menutup pintu kamar mandi.

Lucy mengangguk sebagai jawaban, lalu pergi duduk di sofa depan TV.
Lucy tidak berselera makan es krim ataupun nonton TV, ia hanya duduk diam memikirkan kakaknya.

Lucy ingin sekali melihat kondisi kakaknya sekarang, tapi ia takut. Entah apa yang ia takutkan, yang jelas ia takut sekali melihat kakaknya apa lagi sampai bertatapan dengan kakaknya.

Setelah 15 menit berpikir akhirnya Lucy memutuskan untuk mengunjungi sang kakak.

Dengan sangat hati-hati Lucy membuka pintu kamar sang kakak khawatir membangunkan kakaknya yang sedang tidur.

Tanpa membuat suara sedikitpun, ia mendekati kakaknya yang sedang tertidur lelap di atas ranjang.

Lucy menatap lekat wajah kakaknya. Wajahnya merah, bibirnya pucat, keringat mengalir dikeningnya. Rasa bersalah kembali menyelimuti Lucy,  semua ini adalah salahnya batinnya.

"Agh.. " Lucy tersentak kaget mendengar kakaknya mengerang, lalu  memeriksa kening sang kakak.

"Aww panas" Kakak demam batinnya, handuk dikeningnyapun sudah mengering.

Dengan segera Lucy langsung mengambil handuk itu lalu memasukannya kedalam baskom berisi air.

"Yah.. Airnya udah dingin" Gumam Lucy.

Lucy binggung, dia harus mengompres kakaknya dengan air dingin atau air hangat? Jika dengan air hangat apakah tidak akan jadi makin panas? Atau jika dengan air dingin apakah tidak akan jadi kedinginan?. Lucy tidak tau.

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya ia memutuskan mengompres kakaknya menggunakan air hangat.

Lucy keluar membawa baskom menuju dapur untuk mengganti airnya dengan air hangat.

Setelah membuang air yang ada didalam baskom, ia mengambil panci lalu mengisinya dengan air dari kamar mandi karena tingginya tidak sampai jika harus mengambil air di tempat cuci piring.

"Ish.. Ga nyampe" Lucy baru sadar kalo ternyata letak kompor sejajar dengan tempat cuci piring, otomatis ia juga tidak bisa menggapainya apalagi sampai menyalakan kompor.

"Ihh terus gimana dong?" Lucy mengacak rambutnya frustasi.

Tapi Lucy bukan tipikal orang yang cepat menyerah seperti kakaknya, ia akan melakukan apa saja agar kemauan dan tujuannya tercapai.

Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang