Cia terbangun dari tidurnya, saat Nino mengetuk pintu kamarnya dan menyuruhnya bangun. Cia beranjak dari tempat tidurnya lalu pergi menuju kamar mandi, setelah selesai Cia turun ke bawah untuk sarapan. Sarapan kali ini seperti ada yang kurang.
"Pah, Acha kemana? Ko ga di bangunin ntar kesiangan," tanyanya.
"Acha sakit," Cia hanya ber 'Oh' ria. Setelah selesai sarapan Cia pamit untuk segera berangkat menuju sekolahnya.
"Acha sakit pun Cia tetep naik sepeda ke sekolah." batinnya.
Saat sampai di sekolah nya, Cia berjalan santai di koridor sekolahnya.
"Acha sini deh!" kata Cila sambil menarik tangan Cia.
"AKU BUKAN ACHA! AKU CIA!" bentak Cia.
"Lah, Acha kemana?" tanya Salsa.
"Dia sakit." setelah mengucapkan itu, Cia segera melongos pergi dan segera duduk di tempatnya. Bel pun berbunyi membuat seluruh murid Genius Elementary School berbondong-bondong masuk ke kelas mereka masing-masing untuk mengikuti jam pelajaran pertama.
Jam pelajaran pertama sudah berlangsung, mata pelajaran kali ini adalah Ips.
"Aduh kebelet lagi...." gerutunya.
"Bu! Cia izin ke toilet ya!" ucapnya.
"Iya Cia Silahkan," balasnya. Cia berlari-lari di sepanjang koridor untuk menuju toilet sekolahnya. Setelah selesai, dia kembali berjalan santai.
"Eh itu kan Manu? Dia ngapain lari-lari di lapangan?" beonya. Cia menghampiri Manu yang sedang berlari-lari mengelilingi lapangan.
"Manu! Kamu lagi ngapain?" tanya Cia. Manu menunda aktivitas lari-larinya. Lalu segera menghampiri Cia.
"Bi-asa-lah, k-kena huk-kuman," jawab Manu sambil mengatur nafasnya.
"Kok kena hukuman? Emangnya kamu abis ngapain sampe kena hukum gitu?" tanyanya lagi.
"Hehehe, telat aku tuh," kekehnya.
"Yudah balik lagi ke kelas gih! Ntar di marahin!" titahnya.
"Yudah Cia ke kelas yaa! Bye Manu." Cia meninggalkan Manu yang sudah kembali berlari-lari lapangan lagi.
Beberapa saat kemudian, bel istirahat pun berbunyi seluruh murid segera pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka. Sama halnya yang di lakukan oleh Cia, dia segera menuju kantin untuk membeli air mineral.
"Bu air mineral dua ya!" setelah itu, Cia segera pergi menuju lapangan. Tempat dimana ia bertemu dengan Manu tadi.
Netranya menangkap sosok Manu yang sedang duduk di tepi lapangan sambil menghapus keringat yang bercucuran di pelipisnya.
"Nih," kata Cia sambil menyodorkan air mineral dingin yang tadi ia beli di kantin lalu duduk di sebelah Manu.
"Makasih Cia!" balasnya, sambil tersenyum ke arah Cia, Cia pun membalas senyumannya.
"Lain kali, jangan telat lagi ya!" katanya.
"Siap bos!" lalu mereka tertawa bersama.
"Aku baru tau kalo kamu punya kembaran, siapa tuh namanya?" tanyanya.
"Acha." Cia malas menanggapi apapun jika sudah bersangkutan dengan 'Acha'.
"Kamu marah? Ko jawabannya gitu?"
"Ga kok," balasnya.
"Yudah, Cia ke kelas yaa!" Cia meninggalkan Manu yang sedang kebingungan.
* * *
"Assalamualaikum, Cia pulang!" salamnya.
"Jangan teriak-teriak Cia! Acha lagi sakit!" bentak Niken.
"Tau nih Cia berisik banget!" marah Acha.
"Lah kok aku?! Ga jelas banget!" Cia melangkah pergi meninggalkan Acha dan Niken. Dia masuk ke kamarnya lalu mengganti bajunya.
"CIA! SINI CIA!" teriak Niken. Cia buru-buru turun ke bawah untuk menemui Bundanya.
"Iya Bunda, ada apa?" tanyanya.
"Ambilin Acha minum dong, noh di atas meja!" perintah Niken.
"Ih ga mau! Suruh ambil aja sendiri!" bantah Cia.
"CIA GA USAH NGELAWAN CEPETAN AMBIL!" bentak Niken. Cia pun segera mengambil minum dengan menghentak-hentakkan kaki.
"Nih!" katanya.
"Ouh iya Cia, ambilin buku cerita aku dong di meja belajar!" titah Acha.
"Dih ga mau amat ah!"
"Cia! Ikutin maunnya Acha, Acha tuh lagi sakit!" teriak Niken. Cia segera menuju kamar Acha lalu mengambil buku cerita Rakyat milik Acha.
"DASAR MANJA!" ledek Cia pada Acha. Malas memikirkan Acha yang sangat manja ketika sakit, Cia segera duduk di meja belajar untuk menggambarkan sesuatu di sana. Hingga dirinya terlalu lama menggambar dan akhirnya tertidur.
Cia terbangun dari tidurnya, lalu turun ke bawah untuk mengisi perutnya. Cia mengambil beberapa lauk lalu memakannya hingga habis tak tersisa, saat ingin kembali ke kamarnya tak sengaja Cia menatap kebersamaan keluarganya tanpa dirinya.
"Begitu bahagia...." lirihnya. Cia berlari menaiki tangga, lalu duduk di atas tempat tidurnya sambil menangkupkan wajahnya.
"Kenapa mereka begitu bahagia tanpa Cia?"
"Lalu untuk apa Cia hadir jika mereka sudah sangat bahagia tanpa Cia?"
"Kenapa Pah? Kenapa Bun? Bilang sama Cia? Apa kehadiran Cia ga dianggap sama kalian?" lirihnya sambil memeluk boneka panda yang di berikan oleh Papahnya satu tahun yang lalu. Menumpahkan keluh kesahnya pada boneka panda itu.
"Papah sama Bunda udah ga sayang ya sama Cia? Sayangnya cuma sama Acha aja ya?" beonya. Cia menarik selimutnya, lalu segera memejamkan matanya.
"Cia kangen sama Manu...." setelah itu ia sudah berada di alam mimpi.
* * *
Tbc.See you next part:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Gracia [END]
Teen Fiction[LENGKAP] "Semua terbiasa tanpa saya. Dan saya harus terbiasa tanpa semuanya." _Gracia Anatasya_ Siapa sangka, Gracia Anatasya gadis berusia 8 tahun yang baru menginjak sekolah dasar harus melewati kejamnya hidup. Dirinya tak pernah di anggap oleh...