15. Keputusan

2.4K 140 36
                                    

"Karena memang sesungguhnya, manik-manik tasbihku tetap berbeda dengan manik-manik rosariomu."


_Gracia_

* * *

Sudah hampir 2 hari Cia menjauhi Manu. Ia ingin melupakan Manu walaupun itu sangat sulit. Beberapa hari ini ia sulit untuk tidur, selalu menangis ketika mengingat masalah yang terus menghampirinya.

Cia duduk di bangku yang paling belakang, seperti biasa. Dia mengeluarkan buku gambarnya, menggambar apapun yang ia inginkan. 

Suasana kelas kali ini sangat hening. Pintu di ketuk tepat saat bel masuk berbunyi, membuat seluruh murid mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara. Pintu di buka menampilkan sosok laki-laki dengan kacamata khas nya, dia Farel-ketua osis di sekolah ini. Farel berdiri di depan kelas, membuat dirinya menjadi pusat perhatian.

"Assalamualaikum, gua mau ngumumin kalo hari ini Bu Fellin ga bisa masuk karna harus pergi ke luar kota selama 3 hari. Jadi selama Bu Fellin pergi kalian di beri tugas," Setelah itu Farel segera membagikan kertas yang berisikan soal-soal untuk beberapa hari kedepan.

Cia menatap kertas itu dengan malas. Setelah selesai, Farel kembali maju kedepan." Di kumpulkan nya nanti, setelah Bu Fellin masuk kembali. Itu saja, kalo gitu saya permisi. Terima kasih."

Tidak hanya Cia saja yang malas dengan tugas itu, tapi hampir seluruh teman sekelas nya juga. Mereka lebih memilih untuk membaca buku atau memilih untuk tidur di kelas. Sedangkan Cia lebih memilih untuk keluar kelas.

Tujuannya kali ini adalah taman, sudah lama ia tidak pergi kesana. Saat sampai, ia memilih untuk duduk di sana. Diam, sambil memutar kenangan demi kenangan bersama Manu, saat pertama kali mereka bertemu.

Kali ini hatinya kembali sakit, sampai kapan dirinya harus terus menghindari Manu? Ia terpaksa saat harus menghapus rasa cintanya demi tuhannya. Tuhan mereka memang satu, tapi mereka yang tak sama. Meski mereka berbeda keyakinan, namun doa mereka tetap sama. Sama-sama ingin terus bersama walau hasilnya mustahil.

Disaat sedang asik berdebat dengan pikirannya, seseorang memanggil namanya. "Cia!"

Cia menoleh ke arah sumber suara itu. "Eh ada apa?"

"Tadi Bu Karin masuk ke kelas, nyari kamu tapi gada. Dia nyuruh kamu buat ke ruangannya sekarang." Cia mengerutkan dahinya heran, ada apa kepala sekolah memanggilnya?

Setelah mengucapkan terima kasih kepada ketua kelasnya, Cia segera pergi ke ruangan kepala sekolah.

Tok tok tok

"Ya masuk!" teriak Bu Karin. Cia masuk dengan mengucapkan salam, setelah itu ia duduk saat di persilahkan duduk oleh Bu Karin.

"Ada apa ya ibu memanggil saya?" ucapnya sopan.

Guru yang bertubuh gempal itu tersenyum sebelum akhirnya membuka suara. "Jadi gini Cia, setelah saya rekap nilai-nilai anak kelas 11. Nilai kamu yang paling besar dari murid yang lainnya."

Cia mendengarkan perkataan Bu Karin dengan teliti. "Jadi, kamu mendapatkan beasiswa ke Amerika dengan nilai terbesar di tahun ini."

Senyumnya mengembang. Mungkin ini saatnya untuk ia pergi meninggalkan keluarganya juga Manu. Peluang untuk dirinya agar bisa melupakan Manu.

Gracia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang