12. Salah Paham

1.4K 112 23
                                    

"Tetaplah tersenyum ketika sedang sedih dan memaafkan ketika dikecewakan, karena Allah menyukai orang yang mampu bersabar ketika menghadapi cobaan."

_Gracia_

* * *


"Heh! Bangun loh!" Cia terbangun dari tidurnya saat seseorang menendang-nendang kakinya. Seluruh badan nya sakit akibat tidur dengan posisi duduk bajunya juga basah akibat hujan semalam.

"Malah enak-enakan tidur kamu, sana beres-beres rumah!" perintah Niken.

"Iya Bunda." Cia masuk kedalam kamarnya untuk mengganti pakaian, setelah selesai ia segera pergi ke arah dapur. Sungguh banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan. Namun sebelum itu, ia pergi ke meja makan untuk mengisi perutnya yang sudah lapar. Di sana hanya ada makanan sisa, namun Cia tetep memakannya daripada perutnya tidak di isi sama sekali.

Setelah selesai, Cia segera menyelesaikan semua pekerjaan. Satu-persatu semua pekerjaannya selesai. Di rasa sudah beres, ia pergi untuk mencari Niken.

"Bunda..." Panggilnya.

"Hm?" balasnya, tanpa menoleh ke arah Cia.

"Cia izin keluar sebentar ya?"

"Mau ngapain kamu?" tanyanya.

"Mau nge jalang kali, Bun," tambah Acha.

Cia menggeleng. "Enggak bun, Cia cuma mau pergi ke toko buku."

"Alah, yang bener kamu?"

"Iya bun," ujarnya, meyakinkan sang Bunda.

"Ya udah sana, jam 1 harus udah ada di rumah." Cia pun tersenyum, lalu pergi dari hadapan Niken dan Acha.

Udara pagi ini sangat sejuk, membuat siapa saja ingin menghirup udara dalam-dalam. Beberapa menit kemudian, ia sampai di toko buku langganannya.

Cia memilih beberapa buku gambar dan satu buku novel, lalu pergi ke kasir. "Ini mbak."

"Terima kasih," ucap penjaga kasir tersebut. Cia berjalan untuk pulang ke rumahnya. Namun, netranya menangkap sosok Manu yang sedang di keroyok oleh warga.

Cia berlari ke arah Manu dan mencoba melindungi nya dari beberapa amukan warga. "Stop pak! Stop!"

"Aduh si neng ngapain si?"

"Bapak-bapak, jangan menghakimi seseorang gitu aja." Cia mencoba untuk membuka suara.

"Alah, lagian dia ikutan tauran sama anak sebelah!" bantah salah satu warga.

"Dia udah buat onar di kampung ini. Ga sekali tapi udah beberapa kali!" Cia menatap ke arah Manu, yang di tatap hanya cengengesan.

"Gini aja, saya jamin kali ini dia ga bakal buat onar lagi. Saya mohon bubar..." semua warga mengikuti perkataan Cia dan kembali ke rumahnya masing-masing. Cia membantu Manu untuk berdiri dan pergi ke taman, untuk mengobati luka lebamnya.

"Jangan di ulangi lagi ya?" ujarnya, sambil mengobati luka di wajah Manu.

"Maaf..."

Jarak antara mereka berdua sangat dekat, hingga Cia dapat merasakan hembusan nafas Manu. Hingga pandangan mereka bertemu, membuat Cia diam tak berkutik.

"Oh jadi ini kelakuan kamu!" tiba-tiba Niken dan Acha datang memergoki Cia dan Manu yang sedang berduaan dengan jarak yang cukup dekat.

"A-aku bis--"

"Izin nya si mau beli buku tapi ko malah berduaan sama cowok!" timpal Acha.

"Enggak C-cia bisa jelasin,"

"Bener tante, ini ga seperti apa yang tante liat." Manu mencoba untuk membela Cia.

"PULANG KAMU CIA!" bentaknya. Membuat Cia gemetar.

"Dan kamu! Jangan coba-coba deketin dia lagi!"

* * *

Niken menarik tangan Cia dengan sangat keras, membuat sang empu merengek kesakitan.

"Acha, telepon papah!" Acha pun segera menuruti perintah Niken.

"Bunda, Cia ga ngelakuin apa-apa..." tangisnya mulai pecah.

"Diem kamu!" bentaknya, membuat Cia bungkam.

Beberapa saat kemudian, Nino datang dengan wajah marahnya.

"Mana Cia?!" tanyanya, saat sampai di hadapan Niken dan Acha.

"Itu mas, di kamar." Nino segera menuju kamar Cia di susul oleh Niken.

Brakk

Pintu di buka dengan kasar, membuat Cia terlonjak kaget.

"Dasar anak ga tau diri!!"

Plak

Satu tamparan, mulus mengenai wajah tembam Cia. Membuat Cia terhenyak kaget. Baru kali ini Nino menamparnya. Baru kali ini Nino semarah ini padanya. Apa yang Acha katakan padanya?

"K-ko Papah nampar Cia?" tangisnya kembali pecah, sungguh hatinya terlalu sakit.

"Malah nanya lagi! Sekali lagi Cia siapa yang ajarin kamu buat ngelakuin hal yang ga bener, hah?!" bentaknya.

Cia menggeleng lemah. "Aku ga pernah ngelakuin itu Pah. Itu cuma salah paham..."

"Ck! Apa setiap hari kamu pergi nge jalang, iya?!" tanyanya, perkataan itu lagi-lagi membuat ia kecewa.

"Kenapa gada yang percaya sama Cia? Cia ga pernah ngejalang Pah ga pernah!" dari matanya, memancarkan raut kesedihan. Tidak ada yang percaya lagi kepada nya. Sekeras apapun ia menjelaskan, mereka semua tidak akan percaya.

"DASAR ANAK GA TAU DI UNTUNG! MALU-MALUIN AJA BISA NYA! KALO TAU JADINYA SEPERTI INI LEBIH BAIK KAMU IKUT PERGI BERSAMA IBU MU!" Setelah mengatakan itu Nino dan Niken pergi meninggalkan Cia yang sedang mencerna apa maksud dari perkataan Nino tadi.

Cia berlari untuk menemui Nino, ia ingin meminta penjelasan apa maksud dari perkataannya tadi.

* * *
Tbc.

Gantung dulu kali-kali wk.

Gracia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang