"Cinta kandas di kala Assalamualaikum terbalas dengan Shalom."
_Gracia Anatasya_
* * *
Cia mengikuti pelajaran olahraga dengan sangat antusias, setiap kali gerakan senyum manisnya selalu terbit di wajahnya. Setelah selesai melakukan pemanasan, ia duduk di tepi lapangan untuk mengistirahatkan Lelahnya.
Netranya menangkap seseorang yang ia rindukan akhir-akhir ini.
"Manu!" panggilnya. Manu pun menoleh ke arah sumber suara.
"Eh Cia ada apa?" balasnya, lalu dia duduk di sebelah Cia.
"Aku kangen sama kamu, kita main yuk!" ajaknya.
"Eum, dimana?"
"Di taman aja."
"Yaudah ayo, nanti sore aku tunggu!"
* * *
Cia berjalan dengan riang menuju taman untuk bertemu dengan Manu. Tadi pagi mereka sudah janjian akan bertemu di taman.
"Assalamualaikum, Manu!" salamnya, saat sampai di taman lalu duduk di sebelah Manu.
"S-shalom," balasnya.
"Apa itu shalom? Ah mungkin pengganti waalaikumsalam." batinnya.
Sedangkan Manu dia terlihat gelisah saat Cia mengucapkan 'Assalamualaikum' itu artinya dia dan Cia beda keyakinan.
"Manu kok kamu diem Aja?" tanyanya.
"Ah enggak!"
"Manu aku mau es krim," kata Cia sambil menunjuk tukang es krim di pinggir jalan.
"Yudah kamu tunggu sini jangan ke mana-mana!" Setelah itu Manu pergi untuk membeli es krim.
Cia melihat Manu yang sedang berjalan ke arahnya sambil membawa 2 es krim rasa strawberry.
"Nih," kata Manu sambil menyodorkan satu es krim kepada Cia.
"Wahh makasih Manu!" lalu Cia mencium pipi kiri Manu. Tubuh Manu menegang saat bibir mungil Cia mendarat di pipinya.
"Manu ko pipi kamu merah?" tanya Cia polos.
"E-enggk ko!" sergah Manu. Cia memakan es krim nya dengan cepat hingga mengenai sudut bibirnya. Manu menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Cia, lalu dia mulai membersihkan sudut bibir Cia perlahan membuat sang empu diam tak berkutik.
"Kamu makannya belepotan!" kata Manu.
"Abisnya enak," balasnya.
"Mau lagi?" tawarnya.
"Enggak deh, nanti aku di marahin Bunda,"
"Yudah mau maen ke rumah aku?" ajak Manu.
"Mau!"
Akhirnya mereka sampai di rumah Manu. Cia berjalan di samping Manu untuk masuk ke dalam rumah Manu.
"Assalamualaikum!" salam Cia tiba-tiba saat Manu membuka pintu utama rumahnya.
"Shalom," jawab seorang wanita yang sedang duduk di ruang tamu.
"Ayo Cia masuk." Cia dan Manu pun duduk di sebelah wanita itu dia Karlina, Mamihnya Manu.
"Kamu namanya siapa?" tanya Karlina.
"Cia tante," jawabnya.
"Cantik ya, agama kamu islam ya?"
"Iya tante,"
"Berarti kamu sama Manu beda keyakinan dong..."
"Beda keyakinan itu apa si tante?" tanya Cia penasaran.
"Kamu tadi pas masuk ngucap 'Assalamualaikum' kan? Sedangkan tante jawab 'Shalom',"
"Kita ini orang Kristen sedangkan kamu islam, ya jadi kita beda tuhan juga beda agama." jelasnya,sedangkan Cia hnya diam memikirkan apa maksud perkataan Karlina.
"Ga usah di pikirin, kamu belum paham nanti suatu saat kamu pasti paham apa maksud tante."
* * *
"Kamu udah sembuh, Cha?" tanya Cia di sela-sela makannya.
"Udah dong!"
Cia nampak berpikir lalu dia memutuskan untuk bertanya. "Bunda beda Agama tuh apa si?"
"Ya beda keyakinan, kenapa kamu tiba-tiba nanya gitu?"
"Ah enggk, Cia nnya aja."
"Ouh iya 2 hari lagi kita pindah, ke Bekasi ya!" kata Nino.
"Lah ko pindah Pah?" tanya Cia.
"Papah ada proyek besar di sana jadi kalian harus ikut karna, kita di sana bakal 2 tahun mungkin lebih jadi kalian juga pindah sekolah."
Deg...!
Seketika tubuh Cia menegang atas perkataan Papahnya. Berarti dirinya ga akan bertemu dengan Manu lagi!
"Cia ke atas!"
Cia sedang berada di balkon kamarnya, jam menunjukkan pukul 9 malam, namun gadis itu enggan beranjak dari tempatnya. Ia hanya menatap kosong hamparan bintang dilangit. Sesekali Cia memejamkan matanya mencoba menikmati angin malam yang begitu dingin.
"Apa itu Shalom? Apa itu beda Agama?" beonya.
"Bentar lagi Cia pindah, berarti ga bakal ketemu sama Manu lagi..."
* * *
Tbc.Huftt, maap kalo ga jelas'(
Bentar lagi kalian bakal ketemu versi Cia besar, hu penasaran gaa? Stay tune ya!
MOHON, JIKA ADA TYPO TOLONG DI KOMEN!
DAN JIKA BERKENAN KRISAR, BOLEH!See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Gracia [END]
Teen Fiction[LENGKAP] "Semua terbiasa tanpa saya. Dan saya harus terbiasa tanpa semuanya." _Gracia Anatasya_ Siapa sangka, Gracia Anatasya gadis berusia 8 tahun yang baru menginjak sekolah dasar harus melewati kejamnya hidup. Dirinya tak pernah di anggap oleh...