5

1K 110 12
                                    

Sana pov.

Sudah seminggu lamanya aku menghindari Tzuyu, aku sengaja pulang larut malam agar dia tidak menungguku di depan pintu rumahku.

Puluhan telepon darinya setiap harinya cukup menggangguku, aku sendiri tidak tahu tentang perasaanku padanya mungkin itu hanya nafsu belaka.

Dia itu cantik sangat cantik bahkan saat pertama kali melihatnya aku pun terkagum oleh kecantikan yang dimilikinya.

Awalnya aku hanya memanfaatkannya agar aku bisa memulai kehidupan yang baru mungkin aku bisa belajar mencintainya, perasaanku pada Dahyun tak pernah hilang selama bertahun-tahun itu, cukup rumit kan di bagian kehidupan cintaku.

Setelah kehilangan nya aku jadi malas berhubungan dengan serius dengan 1 orang gadis manapun walaupun dia secantik bidadari tetap saja hatiku ini sudah buta dan tertutup.

Dan pagi hari yang cerah ini aku sudah melihatnya cinta pertamaku satu-satunya orang yang kucintai dalam hidupku, dia sedang merapikan tempat kerjaku sekarang aku baru saja tiba tersenyum melihatnya.

" Selamat pagi Dahyun-yah, apakah sudah sarapan? kau sepertinya tiba pagi sekali hari ini" aku tersenyum memandangnya saya menghampiri bangku tempatku duduk di depan meja kantor ku.

" Oh ya selamat pagi ma'am, aku sudah makan untungnya aku selalu masak pagi-pagi untuk sarapan" jawabnya sambil nyengir.

Sambil berpangku tangan aku memandanginya yang masih saja sibuk dengan pekerjaannya di ruanganku, membayangkan mengingat dulu momen di saat kami masih menjadi seorang pasangan kekasih, kebetulan dahyun memang pandai memasak.

" Begitu? Wah aku rindu masakan pagimu" jawab ku memandangnya.

Dia bergerak salah tingkah di sana terlihat begitu menggemaskan, membuatku terkikik pelan.

" Bisakah kamu makan kan aku semangkuk sarapan di pagi hari ini aku belum makan apa-apa, dan aku merasa lapar"

Dahyun mengangguk dan lalu langsung pergi.

Siapa sangka aku akan bertemu lagi dengan cinta pertamaku, seseorang yang dengan bhuta kutinggalkan demi meraih bangku yang kini ku duduki di sebuah perusahaan, dan betapa Tuhan mencintaiku dan membawanya kembali sebagai asisten ku di perusahaan ini.

Dan sudah seminggu lebih dah ingin bekerja disini aku sudah mencoba cara untuk menarik perhatian yang kembali, Dan seperti aku meninggalkan luka yang cukup mendalam di hatinya sewaktu dulu.

Tapi bukankah itu semua hanya tinggal waktu? Setidaknya aku mendapatkan segala sesuatu yang aku inginkan dalam hidupku. Dari apa yang aku dengar dari kawan-kawan lama sepertinya dahyun dan keluarga sedang mengalami keruntuhan atau bisa dibilang keluarganya sedang terjatuh dengan masalah finansial.

Mendengar itu semua tak pakai Tuhan kembali memberikan jalan mudah untuk bisa mendekatkan hati kepadanya, untungnya karena karirku yang kini semakin hari semakin bagus kemungkinan besar aku bisa membantu keluarga dahyun bila dia memang mengizinkanku untuk masuk kembali dalam kehidupannya.

Setelah 1 jam Dahyun kembali mengetuk pintu ruanganku, aku suruh dia masuk dan dia pun datang dengan membawakan sarapan yang dia pesankan untukku, aku tersenyum melihat makanan itu.

" Wah wah wah dahyunie... Kau tidak pernah lupa makanan favoritku ya"  kataku padanya.

Dia kembali menggaruk kepalanya dengan bingung, lalu segera mohon diri dan pergi kembali ke pekerjaannya.

Hari ini ada meeting, aku mengajak dahyun sebagai pendampingku dan siapa sangka presentase darinya sangatlah luar biasa, wawasan yang luas sebagai seorang asisten jujur saja seharusnya bisa bisa jadi jabatan yang kami harus sama, tapi masalahnya Dahyun belum punya pengalaman di bidang ku.

" Dahyunie... Malam ini makan malam lah denganku, untuk merayakan hasil presentasi mu yang luar biasa tadi. di meeting kita, berkat bantuan dan usahamu, kita baru saja memenangkan tender baru kita tadi. dan tenang saja aku yang traktir kok tidak perlu bayar apa-apa"

" Oh maafkan aku Ma'am sayangnya hari ini aku tidak bisa, aku aku harus menengok appa ku yang sedang sakit di rumahnya malam ini" kata dari Dahyun yang terdengar sedih.

" Appa mu sakit dahyun-yah? Kenapa kau tidak bilang padaku kalau appa mau sakit" kataku bergegas merapikan semua barang-barangku.

" Ya tentunya bagiku itu bukanlah hal yang penting untuk dibicarakan" kata dahyun lagi sambil mengernyitkan dahinya.

" Kenapa kau mengira bahwa itu bukan hal yang penting untuk ku, tentu saja itu hal yang penting!  ayo, aku juga ingin ikut menengok nya"

Aku masukkan semua barang ke dalam tas dan mencoba menggandeng dahyun, dia berusaha menepisnya, membuat hatiku sakit pada awalnya.

" Maaf Ma'am, aku hanya ingin pergi, untuk menghubungi seseorang sebelum kita pergi" katanya sambil bergerak salah tingkah lagi.

Aku mengangguk memberinya waktu untuk menelepon entah siapa yang dia maksud.

Dia meninggalkanku sendiri dan pergi sedikit menjauh agar bisa mendapat privasinya menelepon orang itu, setelah beberapa menit dia kembali dan mempersilakan aku untuk berjalan lebih dulu.

Langkah-langkah kami terasa canggung bahkan kami tidak berbicara saat berada di lift walau isinya hanya ada kami berdua saja.

Saat kami keluar lift ada hal yang membuat aku menghentikan langkahku, Dayun menatapku dengan bingung kenapa aku berhenti di situ.

Tzuyu sedang duduk di lobi utama dia bahkan kini bangkit dan berjalan ke arahku.

" Kau pergi duluan,tunggu aku sebentar" kata kepada Dahyun lalu pergi menghampiri Tzuyu.

" Eonnie..." Panggil Tzuyu, jujur saja satu minggu tidak bertemu dengannya ada yang berbeda dengan tampilannya kini jadi terlihat lebih kurus dan pucat.

" Apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanyaku padanya jujur saja aku merasa terganggu dengan kehadirannya aku merasa marah, bukankah dia baru saja hampir menggagalkan rencana aku pergi dengan dahyun untuk menengok ayahnya yang sedang sakit sekarang ini.

" Tapi aku perlu menjelaskan sesuatu" kata tzuyu.

" tak perlu menjelaskan apa-apa lagi, sebaiknya kau pulang kita sudah berakhir" kataku yang telah merobek hatinya.

Matanya berkaca-kaca wajahnya terlihat lebih pucat dari sebelumnya tapi aku tidak peduli, aku berjalan beberapa langkah ke depan mencari keberadaan dahyun tapi aku tidak bisa menemukannya, jadi aku langsung pergi ke arah pintu keluar untuk memeriksa apakah dahyun masih ada di sana, saat terakhir yang kulihat baru beberapa langkah sebelum hampir sampai ke pintu keluar adalah aku melihat daun menaiki sebuah taksi dan langsung menutup pintunya dan taksi itu pun melaju pergi begitu saja.

Dan sia kesempatanku hilang lagi, aku terlihat sangat kesal dan marah ini semua karena tzuyu, kenapa dia datang disaat seperti ini, aku membalikkan tubuhku dan kembali memandang sosok jangkung yang masih menangis berdiri sambil mengelap air matanya itu dengan saputangan.

Dia harus membayar ini semua aku akan menghukum gadis ini, dia memandangku masih penuh dengan harapan, aku mengangguk ke arahnya memberinya kode untuk menghampiriku, dan momen terakhir yang aku lakukan adalah aku menarik gadis ke dalam mobil ku yg membawa kami ke apartemen ku.

TBC

You Broke Me First {SaiDaTzu}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang