[16] Wanita Perusak?

263 26 0
                                    

Vote sebelum baca!
Happy reading!!<33

.
.
.


"Reen? Lo ngapa ngalamun terus sih?? Kesurupan ya??"

"Lama-lama gue bawa ke Saka juga ya lo biar dirukiah."

Mahreen menatap datar kearah Kahfi. Menganggu sekali orang ini. Apakah ada cara untuk melenyapkan spesies manusia seperti Kahfi? Pikirnya.

"Hoe!!" Tubuhnya terguncang. Bukan, bukan karena tanah bergeser, melainkan guncangan dari Kahfi.

"Apasih?!" Sentaknya kesal. Membalas guncangan Kahfi dengan dorongan, agar Kahfi menjauh.

"Ck. Mangkanya kalau diajak ngomong tuh nyaut! Bukan ngelamun aja." Dengkus Kahfi.

"Lo mikirin apa sih?! Heran gue, kagak ada bosen-bosennya ngelamun?" Tanya Kahfi.

"Mikirin gimana caranya ngelenyapin manusia spesies kek lo." Sahut Mahreen ngawur. Kahfi melotot tak terima.

"Enak aja! Spesies kayak gue tuh harusnya istimewa kalik!" Serunya menyisir rambutnya kebelakang dengan jari, narsis. Mahreen menatapnya sinis.

"Narsis!" Desis Mahreen. Kahfi mendengus.

"Perempuan yang kemarin...siapa?" Tanya Mahreen tiba-tiba.

"Perempuan kemarin? Siapa?" Ucap Kahfi balik nanya. Mahreen mendengus.

"Yang waktu itu gue usir." Cicir Mahreen. Kahfi berfikir sejenak, lalu ber'oh'ria panjang.

"Oh...emang kenapa?"

"Gue nanya goblok!" Sentak Mahreen.

"Kasar amat tuh mulut." Ucap Kahfi sambil menyentil bibir Mahreen pelan, namun mampu membuat Mahreen mengadu.

"Dia Tante Rara. Sepupu nya, Bunda. Kenawhy?" Tanya Kahfi. Mahreen terdiam, lalu menggeleng.

"Nggak." Sahutnya tersenyum tipis.

"Tante Rara baru di Aceh. Mungkin minggu depan pulang. Kalau mau ketemu, lo bisa dateng ke cafe A&A minggu depan." Ucap Kahfi seakan tau apa yang ada dipikiran Mahreen.

KAHREEN

Sore ini, Mahreen menaiki bus untuk menuju ke rumah sang Bunda -Vanya, setelah tadi ibu mertuanya itu memintanya untuk datang. Tadinya ia ingin membawa motor, namun ban nya kempes. Sedangkan saat ingin meminta diantarkan oleh Kahfi, lelaki itu sudah pergi terlebih dahulu. Ada urusan sedikit dengan Saka, katanya. Jadilah ia pergi sendiri.

Ditemani senja yang memanjakan mata, Mahreen berjalan menuju teras rumah besar milik mertuanya dan megetuk pintu sebanyak tiga kali.

"Assalamualaikum?" Salam nya terdengar bersemangat.

"Waalaikumsalam." Balas seseorang dari dalam yang ia yakini itu adalah suara Vanya. Tak lama, pintu terbuka. Mahreen melebarkan senyumannya ketika bertemu dengan seseorang dibalik pintu itu.

KAHREEN [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang