CERITA INI DIIKUTSERTAKAN DALAM 1ST ANNIVERSARY ANFIGHT BATCH 8
Blurb:
Shopie begitu menyukai parfum hingga mengoleksi berbagai bahan dasar parfum yang ia taruh di stoples kaca. Namun, kegiatannya itu membuat Opi dan Sonia, orangtua Shopie merasa an...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SHOPIE
Selama makan malam bersama orangtuaku, aku makan dan bersikap seperti biasa. Namun, aku sedikit gugup karena kupikir saat itu juga Papa akan menceramahiku. Tepat setelah makan malam, barulah aku diajak Mama dan Papa berkumpul di ruang tamu. Aku sudah mengerti apa yang akan mereka bahas, jadi aku hanya bisa mengikuti dengan perasaan waswas.
Papaku berbadan gemuk dan lebih pendek dari ibuku. Mungkin gen papa menurun padaku sehingga aku memiliki tinggi yang mungil. Ibuku perempuan yang cantik dan manis, sehingga anaknya pun begitu menggemaskan. Aku sudah melepaskan kepang rambutku, sehingga rambutku terurai bergelombang hingga mencapai pinggang.
Aku duduk di sofa di samping ibuku, merangkul lengannya. Suasana sudah mulai membuatku sedikit tegang, sehingga aku mencari kenyamanan.
"Bagaimana kuliahmu hari ini, Shopie?" tanya Papa yang sudah duduk di sofa kecil.
Aku tersenyum. "Tidak ada masalah, Pa. Hanya ada beberapa tugas. Harus selesai malam ini," ucapku sambil melirik jam dinding yang terletak di atas jendela. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam.
"Kita mengobrol sebentar tidak masalah, kan?" tanya Papa sambil tersenyum. Keluargaku murah senyum, sehingga aku tidak terlalu canggung saat bersama mereka.
Aku mengangguk. Meski ada tugas kuliah, dan seharusnya ini waktu yang tepat untuk melancarkan hobiku, aku tetap memberi kesempatan untuk kami berbincang. Tidak setiap hari Papa punya waktu untuk mengajak aku mengobrol. Jadi, aku harus menurut.
"Parfum yang baru kamu beli bagaimana wanginya?" Papaku memang pandai berbasa-basi. Namun, aku senang karena kami sekeluarga bisa berkumpul.
"Shopie sekarang pakai ini. Kecium gak, Pa, wanginya?" jawabku tanpa sungkan.
"Lumayan. Seger. Anak Papa jadi tambah manis karena sudah wangi. Gimana harganya?"
Aku kembali nyengir karena pertanyaan Papa sudah mulai menjurus ke pengeluaran. "Gak terlalu mahal, Pa. Dua kali lipat lebih murah dari biasanya."
"Memang biasanya parfum kamu beli harga berapa, Shop?" tanya Mama mulai ikutan. Soal keuangan, Mama memang ratunya. Jelas saja, pengeluaranku juga mama harus tahu.
"Biasanya dua ratus sampai lima ratus ribu, Ma. Malah ada yang harganya sampai tujuh ratus ribu."
"Hmm... jadi parfum kamu itu mahal-mahal ya, Shop. Pantes saja wanginya gak bikin mama mabuk. Tapi duit dari mana beli parfum semahal itu, Shop?" tanya Mama.
"Hayo, duit dari mana?" tanya Papa menambahkan. "Kamu enggak ambil dari tabungan kuliah kamu, kan?"
"Ya, enggaklah, Pa. Parfumnya memang mahal, tapi Shopie kan nabung dulu. Kalau sudah terkumpul duitnya, baru deh Shopie pilih-pilih parfum yang mau dibeli," ucapku sambil memainkan jemari ibuku yang lentik, entah memijat atau menarik.