Bab 7: Aroma Bunga

28 9 0
                                    

Tidak ada yang tidak mungkin, aku yakin akan menemukan jawabannya.

~~~

SHOPIE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SHOPIE

Aku duduk di antara Ista dan Gio, sementara Zaki duduk di barisan depan. Sebelum teman-temanku beranjak dari tempat duduk masing-masing, aku mengeluarkan parfum bening pemberian papa dari ransel. Keingintahuan mengenai aroma parfum ini, menuntun pikiranku untuk meminta bantuan mereka. Mungkin saja mereka ada yang tahu.

"Apa itu, Shopie?" tanya Zaki yang memutar badan menghadapku.

"Ini parfum pemberian papaku. Hmm... kira-kira kalian tahu ini wangi apa?" Aku membuka tutup botol parfum, bersiap untuk menyemprot jika ada yang berminat. Namun, Zaki begitu sergap mengambil botol dari tanganku, lalu menyemprotkan ke telapak tangannya.

Zaki mendekatkan tangan ke hidung. "Wanginya enak. Tapi aku mana tahu ini wangi apa. Biasanya kan kamu yang tahu." Laki-laki itu mengembalikan lagi botol parfum ke tanganku.

"Kan ini parfum dari papaku, jadi aku juga gak tahu." Pandanganku beralih ke Ista yang berada di sebelah kiri. Aku melihat ia sedang menutup hidung dengan tisu. Kuurungkan niat untuk bertanya padanya.

Tersisa satu-satunya yang belum memberi tanggapan, Gio. Kuarahkan pandanganku padanya. Aku angkat botol parfum ke depannya. "Kira-kira kamu tahu aromanya apa?" tanyaku.

Gio mengangkat satu tangan, kupikir ia hendak mengambil botol parfum. Aku terlanjur senang dan membiarkan botol masih dalam genggaman. Sampai tanganku mulai pegal, botol itu belum berpindah. Kupandangi wajah Gio dan melihat lirikan matanya yang mengarah ke telapak tangan kosong.

Aku mengernyit. Diriku sama sekali tidak paham dengan kode-kode yang dilakukan Gio.

"Ya elah, Shop. Gio minta disemprotin," ucap Zaki telah membuka kedok Gio.

Aku perhatiin, Gio tersenyum tanpa rasa bersalah. Lihat saja, karena sudah membuatku terlihat lemot, aku semprot parfum ke tangannya tanpa ampun. Satu, dua, tiga kali semprotan hingga tangan Gio basah.

"Sekalian aja tuang, Shop," ledek Zaki.

"Gimana? Tahu gak wanginya?" tanyaku ketika melihat Gio sudah mendekatkan tangan ke hidung.

Hatiku lesu begitu menyaksikan Gio menggeleng.

"Aku seperti kenal wanginya, tapi entah pernah nyium aroma ini di mana," ujarnya membuat hatiku sedikit muncul sinar harapan.

Aku memandang Gio, berbindar-binar. "Bisa kamu ingat-ingat lagi, Gio?"

"Ya. Ya. Kalau sudah ingat, aku akan kasih tahu kamu. Sudah ya, aku duluan." Gio mengusap-usap tangan yang terkena parfum, lalu berdiri sambil menggantukan ransel di bahu kiri.

Finding Unknown Fragrance ✅ (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang