Part 20

2.2K 200 77
                                    

Selamat Membaca*

#Seokjin POV.

Sepulang dari kantor bersama dengan Yeonggi, aku mendapati Joohyun yang tengah bersama dengan Hyewon.

"Apa yang sedang kalian lakukan?!" tanyaku hanya untuk berbasa-basi, padahal aku sudah melihat dengan jelas kalau Joohyun saat ini sedang membantu Hyewon menyelesaikan tugas rumahnya.

Hyewon tersenyum gembira karena sekarang dia tak perlu menungguku pulang lagi agar bisa mengelesaikan tugas rumahnya. "Eomma membantu Hyewon mengerjakan tugas."

"Yeonggi-yaa.." kodeku pada Yeonggi supaya dia membantuku untuk dekat dengan ibunya.

Untung saja putraku pintar, jadi dia sangatlah tanggap untuk menangkap maksudku.

"Adik, bagaimana kalau Yeonggi oppa yang membantumu?" tawarnya pada Hyewon membuatku sangat berharap mereka bisa memberiku celah untuk dekat dengan eommanya.

Hyewon mulai tersenyum dan segera mengangguk setuju. "Baiklah, mohon bantuannya oppa." timpalnya dengan sangat manis hingga Joohyun merasa gemas melihatnya.

"Joohyun-ah, lebih baik kita keluar!" ajakku beralasan agar kami berdua tak mengganggu adik-kakak tersebut.

Akhirnya Joohyun mengikutiku untuk keluar dari dalam kamarnya Hyewon.

"Seokjin-ah, bagaimana kau mampu membesarkan Hyewon sampai bisa bersikap semanis itu huh? Seingatku kau adalah pria yang dingin dan cuek tapi kenapa Hyewon bisa semanis itu, Beritahu aku!" celoteh Joohyun yang mulai membahas sikap putri kami.

Aku mengakui kalau sikapku dingin dan cuek tapi berbeda pada putriku. "Dihadapan Hyewon, aku terkadang bersikap tegas seperti seorang ayah. Terkadang juga aku bersikap lemah lembut seperti seorang ibu." jawabku menjelaskan caraku membesarkan Hyewon dengan tanganku sendiri.

"Huh, aku iri padamu! Yeonggi tidak bisa bersikap semanis Hyewon, aku sudah memberitahunya supaya tidak terlalu dingin dan cuek tapi ternyata darah jauh lebih kental daripada air, sikapmu menurun padanya." jelasnya membuatku terkekeh, menurutku itu bagus untuk Yeonggi.

Dia akan tumbuh menjadi pria yang sepertiku tapi semoga saja penyakit impotensiku tak menurun padanya.

"Joohyun-ah, bisakah kita tak bicara soal anak-anak lagi?" tanyaku sudah tidak sabar ingin mengulang momen kebersamaan kami sebelum Yeonggi dan Hyewon lahir.

Aku mendekat ke arahnya namun dia malah melangkah mundur karena tak mau terlalu dekat denganku. "Kenapa kau menghindariku?!"

"Kita sudah berpisah selama 7 tahun, kurasa pernikahan kita sudah hancur sejak saat itu." ucapannya seolah-olah merasa bahwa kami sudah bukan lagi sepasang suami istri hanya karena tak bersama selama 7 tahun.

Perlahan aku meraih tangan Joohyun dengan lembut tetapi dia menepisnya dengan cukup kasar.

"Jaga sikapmu, Kim Seokjin! Kau dan aku bukan suami istri lagi." tegasnya memberiku batasan untuk tak berani menyentuhnya atau dia akan murka.

Salahku, pernikahanku dan Joohyun memang hanya berlangsung 3 bulan saja tetapi setelah dia hamil harusnya aku langsung mengurus pendaftaran pernikahan agar pernikahan kami ini tercatat secara hukum.

Aku benar-benar menyesal, sekarang tanpa buku nikah maka aku tak bisa mengklaim Joohyun sebagai istriku di hadapan publik.

"Kalau memang kau menganggap kita sudah bercerai, aku tak keberatan jika harus menikah lagi denganmu." tentu saja aku ingin mengklaim bahwa Bae Joohyun adalah istriku namun bukan hanya dihadapan Tuhan tapi tercatat secara hukum dan diakui publik.

Jinrene : Yeongwon (영원)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang