Jangan lupa vote + comment
____
Kepulan asap dari rokok yang dihisap Boun dan teman-teman hampir memenuhi ruangan gelap dan luas itu. Ditambah dengan bau alkohol dan Parfum mewah yang sedikit menyengat. Ditemani dengan ketiga temannya, Zei , Wein, dan Chuang, Boun kembali ke rutinitas sehari-hari dimana hal itu sering dilakukan sebelum ia bertemu dengan Prem. Ditambah dengan beberapa teman dari papanya yang masih seumuran sama seperti Boun, membuat suasana disana menjadi sedikit ricuh.
"Bagaimana kalau kita mulai dengan menceritakan kejadian hari ini? Setuju?," usul Berto-- anak buah Zero.
Wein menaikan alisnya, "Dimulai darimu?"
Berto mengangguk, ia mulai menceritakan hal-hal yang telah ia lalui seharian ini. Menangkap seorang penjudi yang sering menipu penjudi lainnya. Tanpa kekerasan? Ah tidak mungkin. Berto memberitahu hal-hal menarik dan hal yang tidak masuk akal untuk kebanyakan orang, tapi bagi Berto dan yang lainnya, itu merupakan sebuah kesenangan tersendiri untuk hati dan pikirannya.
Lanjut, Wein. Ia menceritakan kejadian yang tidak terlalu aneh. Sepanjang hari saat ia tengah bekerja di Bar milik papa-nya. Sudah ada 7 Wanita yang menggodanya bahkan mengajaknya untuk melakukan Having Sex. Dan tentu saja Wein menolak semuanya, karena tidak ada yang benar-benar membuatnya tertarik.
Berbeda dengan Berto dan Wein, Chuang justru mengalami patah hati karena ulah May. Ia merasa dipermainkan oleh May karena kehadiran Daniel yang sudah diketahui keberadaannya oleh May. May yang jelas-jelas masih menyukai Daniel langsung menjauhi Chuang, bahkan May mengatakan kalau ia membenci Chuang dan juga Boun. Padahal kemarin-kemarin May masih mengejar Boun.
"Aneh juga ya cewek satu ini. Padahal udah kenal lama tapi kita baru tahu sikap aslinya akhir-akhir ini, hebat sih," Zei berujar sambil meneguk Wine yang ada di genggamannya.
"Ceritamu?" Wein menunjuk Zei dengan dagu nya.
"Nothing special." Jawabnya santai.
"Boun?"
"same, nothing interesting."
*
Langit-langit berwarna putih kini sudah menjadi warna pertama yang Prem lihat. Berada di rumah sakit masih sama membosankan seperti sebelumnya. Prem tidak mengira bahwa dirinya sudah sembuh dan tidak juga mengira bahwa dirinya tengah sakit. Banyak hal yang ia lalui selama ini.
Prem bangun dari tidurnya dan duduk menyandar di kepala ranjang. Matanya menelusuri seluruh ruangan dan ia tidak menemukan apa-apa. Satu hal yang ia ingin lihat sekarang adalah kehadiran seseorang yang ia sayangi. Tanpa sadar, Prem tersenyum seraya membelai wajahnya dengan tangannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Together (BOUN X PREM)
Short Story"Setiap orang punya guratan takdir yang berbeda, tidak peduli takdir mereka bagus atau tidak. Tidak ada orang yang bisa mengubah takdirmu, kamu sendiri yang bisa mengubahnya." Bisakah orang itu mengubah takdirnya sendiri? #BounPrem