Jangan lupa vote + comment
*
"APA YANG KAMU LAKUKAN?!!"
Teriakan demi teriakan menggema di ruangan tempat Prem dirawat. Teriakan Kanni yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Prem. Sejak kejadian kemarin, Fred langsung menghubungi Krist dan Kanni untuk segera datang dan menenangkan Prem. Fred mengira bahwa dirinya bisa menenangkan Prem karena ia tahu kalau Prem masih menyimpan rasa untuknya. Semua itu palsu, Prem menjadi lebih acuh kepada Fred dan tidak menghiraukan keberadaanya. Ia terus memanggil nama Boun terus menerus.
"Prem harus segera dipindahkan," ujar Fred pelan.
Krist sontak menoleh seraya bertanya dengan nada khawatir, "Apa penyakitnya semakin parah?!"
Fred menunduk sebentar lalu menatap Krist dengan mata yang menyorot tajam, "Prem sudah gila!! Ia harus dipindahkan ke rumah sakit jiwa!!"
"APA?!!" Kanni berteriak dengan suara yang lantang, "Lancang sekali kamu!!"
Plak...
"KANNI!!"
Kanni menampar pipi Fred keras, dadanya naik turun ditambah dengan sorot matanya yang terluka. "Apa kamu sadar dengan apa yang kamu katakan, Fred? Kamu mengatai anakku sudah gila, dimana kamu menaruh otakmu, Fred?"
Kanni tidak habis pikir, permasalah yang datang bertubi-tubi harus ia hadapi bersamaan. "Dosa apa yang telah ku perbuat, Tuhan?!" Teriak Kanni.
Menyakitkan. Pria yang Fred sayangi sudah berubah, orang tua yang akan menjadi calon mertuanya sudah menamparnya. Apalagi yang akan Fred hadapi nanti, sekarang saja ia sudah sangat lelah dan pasrah. Tidak ada yang sesuai dengan ekspektasi yang ia bayangkan. Sungguh, sekejam inikah Tuhan menguji hambanya?
"Boun..."
"B-Boun... Boun..."
Plak...
Tamparan kedua Kanni. Ia menampar Prem dengan seluruh tenaga yang ia punya. Sudut bibir Prem mengeluarkan darah, pipinya menjadi merah padam. Matanya terpejam menikmati rasa sakit yang menyerangnya. Rintik air mata mulai berjatuhan, membasahi permukaan selimut.
Krist murka lalu menarik Kanni, "AKU? APA YANG HARUS AKU LAKUKAN?! kamu sudah menyakiti anakku, kamu juga mengandung anakku, kamu juga istriku, balasan apa yang harus aku lakukan padamu karena sudah menyakiti anak pertamaku, Kanni? APA YANG TELAH AKU AJARKAN PADAMU SELAMA INI?!! APA KAMU TIDAK TAHU CARANYA BERSABAR DAN MENERIMA SEMUA INI?!! Apa perlu aku mengajarimu dengan kekerasan, Kanni?" Bentak Krist.
Ia menghempaskan tangan Kanni lalu menghampiri Prem dan memeluknya dengan lembut. Bibirnya terus bergumam dalam lirih. "Maaf... Ibu mu sudah keterlaluan. Ayah tidak bisa menyakitimu ibumu, tapi perlakuannya sangat tidak bisa dimaafkan... Maafkan ayah, Prem!!" Sesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Together (BOUN X PREM)
Short Story"Setiap orang punya guratan takdir yang berbeda, tidak peduli takdir mereka bagus atau tidak. Tidak ada orang yang bisa mengubah takdirmu, kamu sendiri yang bisa mengubahnya." Bisakah orang itu mengubah takdirnya sendiri? #BounPrem