First, I'm sorry for forgetting my promises so often🙏😄
sbrnnya aku punya akun satu lagi dan sibuk di sana, so skrg aku bkl fokus di sini krna tiba" semangat pas abis bacain komen😩🍭 your so sweet guys<3
.
.
.Hari tergelap sudah tidak ada, keburukan dan penderitaan sudah lama menumpuk dan harus dilepaskan. Kini, Boun berdiri di depan pintu ruang inap yang Prem tempati. Seraya membawa buket bunga mawar yang masih segar dan buket snack kesukaan Prem.
"Hah ..." Helaan nafas Boun terdengar sedikit sesak, meski begitu ia tetap masuk ke dalam ruangan dengan percaya diri.
"Masih tidur ya? padahal udah 3 hari," lirihnya pelan.
Boun duduk di kursi samping ranjang, menatap dengan teliti seraya menunggu Prem membuka matanya.
Sejak kejadian mengharukan itu, Boun baru bisa menjenguk Prem setelah tiga hari, selama itu ia terpuruk akan kepergian ayahnya.
Tangan Boun membelai lembut wajah Prem yang pucat, sesekali ia menekan bibir merah Prem.
"Apa yang kamu lakukan di sana Prem? apakah kamu tidak bosan? ck."
Bosan menunggu, akhirnya Boun mengeluarkan kotak merah kecil dari saku celananya, ia menatap sejenak benda mungil nan cantik yang ada di dalam kotak itu lalu kemudian menciumnya sebelum dipasangkan di jari manis Prem.
"Karena aku tidak sabaran, aku akan memakaikannya sekarang. Mulai detik ini kamu sudah resmi jadi milikku. Tetap disampingku dan akan aku berikan semua yang kamu mau."
Maaf, Prem. Tapi bibirmu melambai padaku, batin Boun.
cup'
Sedetik kemudian, mata Prem terbuka. Pemandangan gila yang pertama kali ia lihat adalah wajah Boun yang tepat berada di depan wajahnya.
A-ada apa ini? bahkan nafasnya yang memburu sangat terasa jelas menyapu wajahku, batin Prem.
"A-- itu ... kamu sudah bangun?"
Dengan gugup Prem hanya mengangguk pelan. Boun dengan segera menjauh dari Prem dan kembali ke posisi awalnya.
"Sudah berapa lama aku tidur?"
"3 hari? mungkin."
Hening.
Rasa canggung mulai merayap dipikiran keduanya.
"Aku--"
"Kamu--"
Kedua manik mata mereka bertemu, dengan tatapan sendu dan kosong yang mereka pancarkan. Mungkin keduanya bingung karena tidak tahu dengan kondisi yang tengah mereka hadapi.
"Kamu sudah jadi milikku ... Aku harap kamu tidak marah karena aku tidak meminta izin padamu terlebih dahulu." Boun memalingkan wajahnya, sepertinya ia benar-benar malu karena pernah mencampakkan Prem.
Prem tidak menunjukkan ekspresi terkejut, ia hanya melihat tangannya dan menemukan cincin berwarna emas yang melingkar di jari manisnya.
"Jangan terus-terusan memanjakanku! aku sudah dewasa, Boun," protes Prem.
Mendengar reaksi Prem yang berbeda, Boun merasa aneh dan mulai berani menatap mata Prem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Together (BOUN X PREM)
Short Story"Setiap orang punya guratan takdir yang berbeda, tidak peduli takdir mereka bagus atau tidak. Tidak ada orang yang bisa mengubah takdirmu, kamu sendiri yang bisa mengubahnya." Bisakah orang itu mengubah takdirnya sendiri? #BounPrem