Part 1

154 15 7
                                    

"Trying to accept circumstances is sometimes difficult, but what's wrong with accepting life's destiny?"

-Isabella Margaretha Pricillia-

-Isabella Margaretha Pricillia-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Bella POV

Setelah menempuh perjalanan dari Jakarta ke Bogor, membuat diriku merasa lelah. Akhirnya aku pun sekeluarga sampai juga di rumah baruku.

Rumah tersebut tidak terlalu mewah, sangat jauh berbeda dengan rumahku yang di Jakarta. Tapi kelihatan nyaman, karena kurasa letaknya juga strategis.

"Ini rumah baru kita, maafkan Papa ... karna Papa telah gagal mempertahankan perusahaan kita, Papa teledor hingga tidak sadar sudah di tipu rekan bisnis Papa" ucap Papaku sambil tersenyum miris menatapku dan Mama.

"Enggak Pa, ini bukan salah Papa. ini sudah takdir kita, anggap saja ini sebagai ujian hidup yakan, Ma." Mamaku mengangguk setuju.

Sebetulnya aku sedikit sedih karna Papa bangkrut, sebab itu perusahaan yang Papa bangun mulai dari nol dengan jerih payahnya, tapi ternyata Papa ditipu oleh rekan bisnisnya. Namun, aku harus bisa menerima ini dengan rasa bersyukur masih diberi orang tua yang lengkap dan juga sehat.

Oh ya ngomong-ngomong aku belum mengenalkan bagaimana keluarga ku kan?

Baiklah, perkenalkan nama lengkap ku Isabella Margaretha Pricillia. Papaku bernama Rendy Aditya Pangestu dan yang terakhir ialah Mamaku yang bernama Regina Ayu Pricillia.

Aku anak tunggal, untuk itulah mengapa aku terkadang merasa kesepian, karna aku tidak punya kakak atau adik.

Alasannya sih klasik, dulu aku tidak ingin mempunyai seorang adik ya ... karna aku pikir mama ku nanti akan pilih kasih, memang terdengar konyol tapi sekarang aku lumayan menyesal.

Oh iya, perlu kalian ketahui Papaku itu orang Jawa tapi memang sudah sedari lahir menetap di Jakarta, nah sedangkan Mamaku itu orang Sunda.

Beliau asli kelahiran Bogor, tapi karna Mama menikah sama Papa.. jadilah mama ikut papa ke Jakarta. Yah yang namanya jodoh ya nggak ada yang tau hehe.

Itu kenapa Mama dan Papaku memutuskan untuk pindah rumah ke Bogor saja.

Tentu kembali ke tempat asal mama, tapi tidak dirumah nenek. Soalnya merasa tidak ingin merepotkan beliau, jadilah sekarang membeli rumah orang di daerah tersebut.

***


Akhirnya aku dan Mama Papa masuk kedalam rumah, setelah diberikan kunci rumahnya oleh bapak-bapak yah bisa di bilang yang telah menjual rumahnya kepada kami. Rumah ini terkesan sederhana tapi kelihatannya nyaman juga jika benar-benar dirasakan.

Looking For Lost IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang