42. T e r n y a t a k a m u . . .

136 25 61
                                    

Bismillah..
Semoga ini yang terakhir ganti judul, mohon maaf untuk klian semua krn sy yg masih labil buat nentuin judul 🙏🏻
Terimakasih banyak atas semua kebaikan kalian yg sdh meluangkan waktu untuk singgah di tulisan yg gak seberapa ini, tp sy masih berharap tetap bisa menghibur kalian tercinta💜 saran dan kritik yang membangun selalu terbuka untuk kalian, agar cerita ini semakin nyaman di baca.

Sehat selalu,
Salam Sendu--sejuta rindu-- untuk kalian.

Sehat selalu,Salam Sendu--sejuta rindu-- untuk kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nikmat Tuhan hadir dalam banyak rupa,
Termasuk dicintai dan di terima dengan baik.

____


Suasana rumah yang biasa sangat hangat, bertabur canda tawa, berkias gurau di setiap cerita, kini hanya di dominasi oleh lara dan kepingan sendu yang sedang bermuara. Senyum pun lesap di ambil alih wajah-wajah mendung yang selalu siap akan turunnya hujan.

Mama Ami menggenggam begitu erat telapak tangan suaminya seraya menahan sesak di dada saat fakta yang mereka simpan ini terbuka tanpa aba-aba pula waktu yang yang tak di sangka.

Papa Najmi menatap sedalam-dalamnya wajah Abi yang duduk di depan sofa yang terbatas meja dengan terus menundukkan kepala. Remaja itu hanya diam sembari meremas kuat ujung baju seragamnya dengan rahangnya yang mengeras.

Sementara orang yang mengajak Abi ke rumah--agar semuanya di jelaskan oleh sang ayah duduk di sofa yang sama dengan Abi.

Vanilla hanya diam menunggu sang kepala keluarga yang mengumpulkan kesiapan untuk memulai cerita dan membuka semuanya.

Kelima jemari itu masih menggenggam jari yang lebih mungil darinya. Valda duduk di sebelah Vanilla dan ikut merasakan kecanggungan yang sedang berlangsung saat ini.

"Gue pulang ya, La?" bisik Valda pelan dengan tatapan tidak enak teratensi ke kedua bola mata Vanilla.

Vanilla menoleh sebentar lalu berdiri dan membawa Valda menuju dapur.

"Gue pulang, ya?" izin Valda lagi. "Gue gak enak berada di antara kalian, gue gak mau ikut campur, ini urusan keluarga lo," lanjutnya saat Vanilla berhenti menuntunnya di depan kulkas.

Vanilla mendongak menatap Valda. "Di sini aja. Temenin gue."

"Tapi kan.."

"Kan, udah sering di bilangin, keluarga gue ya keluarga lo juga," cetus Vanilla.

"Tapi ini beda, sayang. Ini masalah yang serius, rasanya terlalu canggung kalo gue ikutan disini," tepis Valda dengan halus dan suara yang lembut juga tatapan yang sayu.

"Please, gue mau lo tetap di sebelah gue disaat gue lagi gak baik-baik aja," mohon Vanilla dengan tatapan penuh harap.

"Tapi gue takut mama papa lo bakalan canggung dan jadi gak leluasa kalo gue masih disini gak pulang-pulang."

MoonniteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang