Haloo. Selamat s(a)iangss🌅
Apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan baik. Maaf lagi aku telat updatenya🙏🏻🙏🏻
Jd di part ini bakal ada clue lagi tp samar-samar aja. Atau, bisa jadi samarr banget. Mwehehehe😆
Sejauh ini, kalian nyaman aja gak sih, sama cara penyampaian/ narasi aku? Kalo aku sendiri sukanya yang santai dan gampang di faham, bahkan mirip bahasa sehari-hari. Kalo yang berat2 bgt akunya belum bisa, doain aja semoga aku terus berkembang ya😁 Hummm semoga kalian suka dgn gaya kepenulisan ku yg masih buram kek gini😪😳"Jul gimana sama masalahnya, Bi?"
"Kemaran kan gue temenin dia ke panti asuhan tuh teh, terus kata pengurusnya, dia kurang tau gimana Jul bisa ada di sana, yang tau betul itu pengurus yang dulu, yang sekarang udah istirahat."
"Terus?"
"Gue sama Jul minta alamatnya kan, pas datengin ke rumahnya, dia gak ada dirumah, katanya udah lama masuk rumah sakit."
"Jadi belum sama sekali ketemu sama pengurus itu?"
"Jul bilang, dia bakalan nanyain abis pengurus yang bernama Nenek Khayra itu bener-bener sembuh." Abi menghela nafasnya dengan berat. "Kesian ya Teh, Jul kesana-kemari buat nyari info keluarga kandungnya." matanya berkedip sendu dan iba kala sekelabat ingatan tentang Julian--teman sejak SMPnya-- yang berjuang mencari keluarga kandungnya.
Jul sejak umur 10 tahun di adopsi--sampai sekarang--oleh keluarga kecil yang sederhana yang sangat menyayangi Jul. Bukannya Jul tak bersyukur memiliki ibu dan bapaknya yang sekarang, Jul justru sangat bersyukur, tapi bagaimanapun hatinya rindu dengan ibu dan ayah kandungnya. Memuncaklah rasa ingin bertemunya pun jika di izinkan Jul ingin berkumpul kembali sebagai keluarga yang lengkap.
Abi hanya berdoa dan membantu semampunya usaha Jul yang ingin mencari asal-usul keluarganya. Apalagi Abi itu menjunjung tinggi hubungan persahabatan mereka. Jul dan Abi terkenal dengan ke-brothership-annya di tempat dimana mereka menimba ilmu.
Abi memarkirkan scooter merahnya di pinggir jalan bersama barisan transportasi beroda dua lainnya. Vanilla turun, melepas lalu menggantung helm yang ia pakai di kaca spion. Malam ini mereka keluar rumah untuk membeli beberapa jajanan.
Abi ingin membeli kue cubit favoritnya sementara Vanilla ingin membeli kacang arab. Nggak heran lagi deh sama Vanilla, tiba-tiba pengen nyemil kacang arab. Untung ada yang jual disini, kalo cuma di jual di arab kan susah, gak ada unicorn buat kesana. Mau pake angkot tapi Vanilla ingat, angkot mana bisa terbang. Mau di bonceng burung rajawali juga gak bisa, Vanilla gak tau pangkalannya dimana. Untung ada Abi yang dapat di andalkan, uuh, Vanilla sayang se(juta)kali sama Abidzar Najmi itu.
Abi sih ya... Asalkan permintaan kakak perempuannya masih waras, bakal dia temenenin sampe ujung langit.
Sebelum ke tempat tujuan masing-masing--oiya--mereka beli makanannya masing-masing agar menghemat waktu. Maka Abi bilang ke tetehnya bila Vanilla sudah selesai beli kacang arab sementara Abi belum kembali ke parkiran, maka Vanilla samperin aja ke mas-mas yang jual kue cubit langganan Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonnite
Fanfiction••Bangtan local Fiction•• °°° "Ketika Malam dan Bulan mendapatkan restu untuk menyambut si merah jambu meski biru sewaktu-waktu datang sebagai tamu." > "Comblangin gue sama kating ya?" celetuk Karamel dengan cepat. "Kating yang mana sih?" "Itu lho...